Jangan sedih, kalau kamu sedih aku juga.
.
.
.
.
Rinai melangkahkan kakinya keluar dari Tarumanagara Hospital, dengan mata yang sesekali mengeluarkan air mata. Tangannya terulur untuk menghapus air mata yang keluar dari balik kacamatanya itu.
Mungkin benar, ini yang terbaik untuk mereka berdua. Rinai akan pergi menjauh dari Langit dan benar-benar akan memberikan jeda untuk laki-laki itu, mungkin ini adalah jawaban dari semesta yang memang ingin Rinai dari awal.
Mobil Jeep berhenti didepannya, ia tidak menyadari jika ia sudah berdiri ditrotoar jalanan yang cukup jauh dari Tarumanagara Hospital.
Gadis itu mengenali mobil siapa yang berhasil berhenti didepannya, ia tersenyum kala sosok dengan pakaian kasual dan tubuh tegap itu berjalan kearahnya.
"Kamu habis jenguk Langit? Kenapa nggak tunggu kakak dulu?" Aldo bertanya, saat laki-laki itu sudah sampai dihadapan Rinai.
"Nggak papa kak, kakak kan ada urusan di Bandara, lagian juga dekat kok cuman ke Tarumanagara Hospital mah."