Rinai menutup kopernya dan mulai menaruh koper itu dipojok kamar. Lalu menatap Yuira yang masih sibuk memasukan barang-barang miliknya kedalam koper milik gadis itu.
"Yuira, mau Rinai bantuin gak?" Rinai mendekat kearah gadis itu dan duduk disebelahnya.
"Nggak usah, tinggal dikit kok." Rinai menganggukan-anggukan kepalanya mengerti.
"Maaf ya Yuira, kita nggak jadi ke Uluwatu gara-gara aku sakit." Rinai menghela nafas.
Yuira yang sudah menutup kopernya, menatap kearah gadis disebelahnya yang baru saja menghela nafas. Ia tersenyum simpul, sahabatnya itu selalu saja terlihat tidak enakan, itu mengapa ia selalu mudah terbawa perasaan, sensitif bahkan sangat polos. Ah, Yuira berharap gadis itu tidak akan dimanfaatkan oleh siapapun. Tapi, jika sampai ada yang berani macam-macam dengan sahabatnya ini, siap-siap saja orang itu akan berurusan dengan Yuira Anatasya.
"Nggak papa. Tritan sama Regan juga nggak masalah." Yuira tersenyum dan memegang tangan Rinai erat.