Aleena terus menunduk sembari memainkan jemarinya. Sesekali gadis itu pun meringis saat seorang siswi berseragam PMR tengah mengobatinya.
"Ck! Bisa pelan-pelan, nggak?" tanya Mikael sembari berdecak ke arah sang siswi yang mengobati Aleena. Sorot matanya yang tajam kini terlihat sedang mengintimidasi nya.
"Ma- maaf, Kak!" cicit gadis itu langsung menundukkan kepalanya. Ia ketakutan di sana.
Aleena yang menyadari itu spontan memegang pergelangan tangan Mikael. Kepalanya pun sontak menggeleng membuat isyarat tidak pada sang pemuda.
Mikael hanya bisa menghembuskan napas kesal di sana. Sebenarnya ia ingin marah setelah melihat kerja siswi PMR yang ia anggap tak becus terhadap Aleena.
"Nggak usah takut, dia baik kok!" ucap Aleena berusaha menenangkan sang siswi yang tengah mengobati luka di kakinya. "Kadang-kadang,"
"Ish!"
Tangan Aleena langsung bergerak untuk membentengi dirinya saat Mikael mendengar dua kata terakhir yang ia ucapkan. "Iya-iya, maaf!" cicit Aleena spontan.