Aleena mulai berjalan untuk masuk ke dalam unitnya. Satu tangannya terus bergerak untuk memijit bahu kanannya. Rasa lelah kini menerpa. Sungguh badannya terasa begitu remuk hingga ia hanya ingin segera rebahan di kasurnya yang paling nyaman sedunia.
Aleena melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul 10 malam. Cukup larut unutknya pulang. Apakah Mikael akan memarahinya sekarang? Tapi…
"Mikael pulang nggak, ya?" tanya Aleena pada dirinya. Gadis itu sedikit mengerutkan keningnya.
Entahlah. Pulang atau tidaknya ia Aleena tak masalah. Toh juga itu adalah masalah pribadi Mikael. Dan Aleena tak berhak untuk ikut campur.
Tinggal sebentar lagi Aleena akan sampai ke unit apartemennya. Namun saat hendak membuka sandi, betapa terkejutnya ia sat melihat Mikael yang tiba-tiba keluar dengan berlinang air mata.
"Ya ampun, Kak! Kamu kenapa?" tanya Aleena dengan wajah paniknya. Sorot matanya begitu terkejut saat melihat mata sembab sang pemuda.