Aleena kini telah siap dengan cookies buatannya. Baju penuh tepung yang tadi ia kenakan pun telah ia ganti dengan kemeja kebesaran milik sang pemuda. Entahlah, mengapa Aleena mengambilnya. Gadis itu hanya bisa berpikir apa yang bisa cepat ia gunakan sekarang sebelum Mikael pulang ke apartemennya.
Dengan penuh kehati-hatian, Aleena meletakkan cookies buatannya tadi di atas meja ruang tengah. Dan,
"Siap!" ucap Aleena sambil tersenyum lebar. Pandangnya kini teralih ke arah rak yang seharusnya ada sebuah benda kesayangan Mikael. Sebuah mainan kecil yang siapa sangka harganya begitu fantastis.
"Semoga Mikael nggak marah,"
"Marah kenapa?" Aleena langsung menoleh ke arah sumber suara. Di mana seorang pemuda dengan wajah babak belum telah tiba di depannya.
"Mikael?! Kamu kenapa?" tanya Aleena langsung berlari ke arah sang pemuda. Wajahnya begitu panik karena kondisi Mikael yang amat parah dibuatnya.