Di balik semak belukar itu, Aleena ketakutan. Matanya menatap nyalang ke arah seorang pemuda yang tiba-tiba datang dengan tubuh yang bersimbah darah sekarang.
Ia tersenyum namun begitu menakutkan. Dari sikapnya pun masih terlihat adanya cinta yang ia simpan, namun sorot matanya menunjukkan jika obsesi lah yang datang.
"Kenapa kau memanggilkan seorang pembohong? Apa kau lupa, jika aku sangat mencintaimu, Sayang? Apa kau lupa akan satu fakta itu?" tanya lelaki itu dengan suara yang lembut. Tangannya pun berusaha untuk meraih wajah Aleena yang hendak membelai pipi Aleena.
Namun pergerakan tak berhasil karena Aleena terus mundur dengan cara merangkak ke arah belakang.
"Stop panggil aku sayang! Kita nggak kenal! Aku nggak pernah mau kenal sama psikopat gila yang nggak berperikemanusiaan!" teriak Aleena dengan suara yang begitu kencang. Walaupun suaranya terdengar bergetar, ia masih bisa melawan.