Aleena terus menikmati makanan pesanannya. Senyum mengembang pun terus terukir menghiasi wajahnya.
Sedangkan Mikael, ia hanya diam sambil menatap istrinya. Menggemaskan sekali ia.
Entahlah, mungkin kali Mikael harus secara sadar menjilat ludahnya. Ya, awalnya ia memang menolak mentah-mentah permintaan sang ayah saat hendak dijodohkan dengan Aleena. Dengan keras, Mikael menentangnya.
Bahkan persetujuan yang akhirnya Mikael berikan karena adanya iming-iming aset perusahaan. Siapa yang tak tergiur jika itu menjadi penawaran.
Sekalipun Mikael adalah anak tunggal dari keluarga Baskara, sang ayah tak akan pernah memberikan perusahaannya begitu saja. Ia harus memilih orang yang benar-benar ia anggap mampu untuk mengolah perusahaan miliknya.
Senyum tipis mulai terbit di bibir Mikael. Hanya dengan melihat Aleena saja sudah berhasil membuat Mikael bahagia.
"Kenapa senyum-senyum?"
Lamunan Mikael seketika buyar. Tatapannya pun kembali terarah pada Aleena sekarang.