Awan berkabut hitam, berjalan di cakrawala ditiup angin. Daun-daun berguguran menghiasi lapang yang kosong. Siang ini, Alexandra berdiri di balkon dengan kedua tangan memegang pagar besi. Alexandra mendongak menatap langit. Sesekali ia memejamkan mata, merasakan semilir angin menerpa wajah dan memainkan anak rambut, hingga surai yang berwarna pirang itu menari di udara.
Dua hari berlalu sejak kepergian Adam. Alexandra cukup merasa tenang. Karena calon suaminya selalu memberi kabar setiap lima menit sekali. Berlebihan? Itu benar. Tapi, itulah syarat yang diajukan Alexandra jika Adam bersikukuh pergi ke L.A. kecuali saat meeting ia akan mengabari Alexandra tidak bisa menghubungi di menit berikutnya.
Alexandra mendengar ponselnya berdering. Ia berlari memasuki kamar dan mengambil gawai yang tergeletak di atas nakas. Menggeser tombol biru, hingga panggilan terhubung.