Memutuskan membuka hati untuk sang suami. Tidaklah, mudah. Apakah Alexandra harus kembali menelan luka dan merasakan sakitnya kehilangan. Tidak ada yang bisa menebak takdir yang terus bermain dalam kehidupan Alexandra.
Terbaring dengan rasa sakit dan tekanan jiwa yang memaksanya untuk terpejam. Kali ini dia mulai mengerjapkan mata. Perlahan netra biru itu terbuka dengan pandangan yang masih kabur. Bau obat-obatan khas rumah sakit menyeruak Indra penciuman. Ingatan tentang Charles seketika terlintas. Alexandra beranjak untuk duduk sehingga membuat Benedict yang sedang duduk menunduk segera menghampiri sang gadis impian yang telah menjadi istri sahabatnya.
"Dimana Charles?" pertanyaan itu tiba-tiba keluar dari mulut pucat Alexandra.
"Tenanglah, Alexandra!" ujar Benedict seraya mengelus pundak Alexandra.
"Aku harus menemui Charles!" katanya dengan melepas selang infus di tangan.