Mobil sekali lagi berhenti pada peron suatu bangunan. Tanganku tidak bisa berhenti menggenggam bagian pegangan atas mobil. Kaki Tika terus-menerus mendorongku karena menghalangi jalan keluarnya. Aku hanya bisa membeku pada ketinggian ini, terutama jika dihadapkan pada tekanan udara dari pintu sampingku.
"I-iya dek, abang t-t-turuuun," ujarku gemetaran. Kaki hampir tak bisa kulangkahkan karena saking gemetarannya.
Rasa kesemutan yang begitu kuat membuatku hampir tidak bisa mengontrol laju kaki. Adikku malah berada disampingku tertawa terpingkal-pingkal. Ditambah banyaknya orang di sekeliling membuatku menjadi sangat malu.
"Ayo bang, ada diskon 30%. Kita harus lebih dulu daripada orang-orang ini." Tangannya langsung menarikku menyerobot gerombolan orang-orang ini. Bicara tentang tidak menarik perhatian, sepertinya ini justru kebalikannya.