Chereads / Di Dalam Pengepungan! / Chapter 32 - Bandit

Chapter 32 - Bandit

"Berhenti!" teriakku.

Mereka dengan cepat menjatuhkan kedua kaki anak perempuan itu di atas tanah. Salah seorang yang membawa obor berjalan menuju ke arahku. Tiba-tiba sensasi warna disekelilingku kembali begitu saja. "Kau tersesat kadet?" tanyanya dengan nada merendahkan.

"Lepaskan anak itu atau-"

"Atau apa? Kau sendiri, kita berenam. Teman-teman sepasukanmu tidak becus menjaga tempat ini sampai-sampai warga disini terpaksa meminta perlindungan dari kami." teriak si pembawa obor.

Aku tertawa menggeleng. "Kalian tidak lain dan tidak bukan hanyalah penjajah saja, tidak seharusnya berjalan di dunia ini." Mereka memakai atribut sederhana yang relatif sama. Hanya sebuah baju dan topi seadanya. Namun baju yang mereka kenakan berwarna merah pucat dengan gradasi yang tidak seimbang antara letak warna di baju bagian dada dan bagian dekat celana. Bahkan saling berbeda terhadap temannya sekalipun. Warna merah itu jangan-jangan ...

"Kalian berkacalah tentang apa yang kalian perbuat selama ini!" teriak salah satu orang di belakangnya. "Kalian terlalu angkuh dalam niat kalian melawan Pasukan Elang."

"Sebenarnya apa yang kalian bicarakan sih?" tanyaku bingung.

"Kalian bodoh ya? Apa Sang Penyelamat sudah meracuni pikiran kalian? Kalian datang begitu saja pada desa dan kampung-kampung di pinggiran, lalu mengambil semua harta benda disini atas nama pemerintah di luar sana, dengan dalih membiayai perang yang kalian sendiri tidak bisa lanjutkan. Namun coba tebak ... pemerintahan sudah mati, kami bebas menjalani kehidupan mulai sekarang!" pria itu ngos-ngosan.

Ada rasa puas di wajahnya setelah memberitahukan segala keluh kesahnya. Akan tetapi ... baru saja teringat kalau diriku menyamar jadi Pasukan Aliansi. Tapi tetap saja, ekspresi di wajahnya begitu asli bahwa sebenarnya ialah korban yang sesungguhnya. Tanpa kusadari teman-temannya sudah berada mengelilingiku mengeluarkan senjata mereka. Biarlah, aku tidak perlu waspada. Dengan kekuatan ini, tidak ada yang bisa menghentikanku.

Satu persatu dari mereka datang mengayunkan golok yang entah berapa banyak korban yang direnggutnya. Satu-persatu dari mereka pula tumbang dengan tatapan mataku. Rekan mereka yang melihat secara langsung pun berteriak layaknya gadis kecil. Ia betul, kekuatan ini terlalu banyak untuk kalian. Pikiran kalian hanya mengetahui menjarah, menculik, dan membunuh saja. Tidakkah kalian lihat bahwa keberadaan kita layaknya semut dibandingkan orang-orang dibalik kabut ini?

Seseorang di belakang memegang erat kedua tanganku. Lalu orang dihadapanku melaju mengira aku sudah tidak bisa melakukan apa-apa. Kepalanya terjatuh di atas sepatu botku tak sadarkan diri. Mulut orang di belakangku tiba-tiba bergetar. Genggaman tangannya tiba-tiba terlepas begitu saja. Apa yang dilihatnya barusan membuat kakinya tidak bisa berdiri.

"Ap ... apa yang sebenarnya ka-kau lakukan?" kedua tangannya menarik tanah di belakang punggungnya untuk pergi dariku. Hanya dengan 2 langkah ia sudah berada di bawahku. Aku menonaktifkan kekuatan mata Kerajaan Langit ini lalu kutatap pelan-pelan dirinya dengan sangat dekat.

Suara teriakannya memecah keheningan malam. Wajahnya memucat. Tarikan suaranya terus mengecil sampai hanya keluar udara saja. Seolah nyawa keluar begitu saja lewat mulutnya. Ia tak sadarkan diri.

Gadis yang kuselamatkan sudah berdiri disana setelah aku menoleh. Tampangnya tak jauh berbeda dari penculik itu. Perasaan tenang dan tanpa rasa bersalahku tiba-tiba menghilang. Namun rasa takut tiba-tiba menjalar begitu saja. Rasa takut yang muncul karena tidak merasakan rasa empati. Aku tidak merasakan rasa iba terhadap anak itu, lalu terhadap apa yang sebenarnya latar belakang yang dialami bandit itu. Hanya kekuatan dan kendali yang dipikiranku untuk melakukan segalanya.

Tidak! Melawan Vialita dan Bimo saja harus penuh dengan kejutan dan persiapan. Melawan Melodi saja aku tidak yakin bisa. Apalagi William yang sudah seperti makhluk lain. Di atas langit ada langit pula. Seketika pertarungan Melodi saat melawan makhluk-makhluk kabut itu terngiang-ngiang. Serangan mereka seperti di tahan oleh sesuatu yang tak terlihat. Tapi ia tidak tersenyum ketika memiliki kekuatan semacam itu. Tatapan mata dan gerakan bibir rasanya ingin menyudahi semua ini.

Perutku berbunyi. Sudah dari pagi aku tidak makan benar di Bandung tadi. Kalau tidak salah, seorang dari mereka membawa sebuah tas ransel besar di punggungnya. Mataku menerawang tumpukan tubuh yang bergelimpangan. Ternyata benar, sebuah tupperware yang berisi enam bacang untuk satu-satu orang disini.

Mulutku langsung melahap 4 bacang tersebut. Ini ... enak sekali. Tidak buruk sebagai buatan penculik. Buatan? Tunggu dulu ... apa mereka mencuri makanan enak ini juga? Ah sudahlah, masa dimuntahkan semua.

Kalau aku tidak menolong gadis itu, kemana kira-kira mereka akan membawanya? Sekilas hutan di depan tidaklah aneh. Jika aku berjalan terus sesuai arah yang mereka tempuh, apa yang akan kutemukan? Tapi tidak serta merta jalannya lurus begitu saja. Di batang pohon sekitar 1 meter di depanku ada sebuah tali rafia yang dipaku. Lalu tidak banyak tanaman yang tumbuh di depan tali rafia ini. Pola rafia dan minimnya rerumputan seperti membentuk sebuah jalur.

Tempat ini sungguh indah. Sebuah pemandangan kelabu yang dihasilkan oleh mata ini membuat hutan gelap gulita menjadi sebuah primadona. Suara burung hantu, tonggeret, jangkrik dan aneka hewan malam terdengar mengisi kekosongan pada tempat yang sepi ini. Bukan hanya itu, aku dapat melihat secara langsung bagaimana burung hantu melintas pelan tanpa suara, mencengkram hewan pengerat yang bergerak dibawah dedaunan jatuh.

Ia kemudian bertengger di atas pohon lalu merobek perut tikus malang itu sampai pada organ bagian dalamnya tercerai berai oleh paruh pemburu malam itu. Ia lalu menelannya utuh tanpa sisa dari kepala sampai ekor sedikitpun. Lalu entah kenapa ... kepalanya memutar tepat menatapku. Sebuah layar interface berwarna hijau mendadak muncul mengagetkanku.

Aku tidak percaya apa yang baru saja kulihat sekarang.

Unit-070 : OwlieX-1

Deskripsi: Sebuah burung hantu yang digunakan oleh Organisasi Kerajaan Langit untuk memata-matai spesimen-spesimen di dalam Proyek Kubah Kabut. Matanya dilengkapi kamera dan otaknya dimasukkan chip yang memungkinkan pihak pengawas untuk mengambil alih segala tindakan unit ini.

Komposisi : 97% daging 3% mesin

Kekuatan : Level 0

Kerabat : Unit-68, Unit-69, Unit-71, Unit-100

Tanganku langsung membuang layar itu. Seketika semua hewan tampak melihatku dengan ekspresi wajah yang diam seperti patung. Tupai di pinggir pohon. Harimau di belakangku. Ular yang tidak lagi berderik mulai bergelantungan di pohon diatasku dengan kepala yang diam. Jangkrik dan tonggeret sudah tidak berbunyi. Hanya angin dan sensasi menyeramkan tentang alam yang palsu. Burung hantu di pinggiran pohon tadi hinggap di bahuku. Sesuatu yang tak pernah kulakukan dalam hidupku sebelumnya. Mataku dan hewan itu hanya berjarak sekitar satu senti saja.

"Kau suka dengan kejutan ini Mir?" sebuah suara hampir mengagetkanku.

Suara menjengkelkan ini. "William? Kau yang mengendalikan mereka semua?"