Chapter 5 - Chapter 5: Sang Pelindung

"Na-Iya..."

"Nai-Ya...."

"Nai...."

....

"T-tolong...." ucap Naiya ketakutan.

...

Aku mencoba kembali berdiri. Kepalaku terasa pusing, darah menutupi setengah wajahku. Tubuhku rasanya sakit semua, akan tetapi semua itu tak menutupi keinginanku untuk menyelamatkan Naiya. Akupun berlari, sambil memegang sebilah pedang ditangan kananku. Mengambil posisi, dan segera menebas tubuh Gorilla tersebut.

Tssssss!!!

Pedang yang kutebaskan seketika hancur berkeping-keping karena kulit monster yang sangat keras.

"T-tidak mungkin.... Pedangku...." aku tercengang karena melihat pedangku yang hancur tak tersisa lagi.

....

Monster itu berbalik, ia mengaum keras ke arahku.

"Roarrrrrrrrrr!!!"

Aku hanya menatapnya dengan mata senduku. Aku sempat berpikir, apakah ini akhirnya, hidupku berakhir ditangan Gorilla besar.

"Aku tak mau....."

"Aku tak ingin....."

Aku melihatnya....

Naiya menangis ketakutan. Air mata tak kunjung berhenti terjatuh dari kelopak matanya. Tangan serta tubuhnya bergemetar. Terlihat ia sangat ingin menolongku akan tetapi ia terlalu takut bahkan sampai tak bisa menggerakkan tubuhnya sedikitpun.

Ia berusaha untuk berdiri dengan kaki yang masih bergemetar. Ia menarik nafas yang cukup panjang, dan melepaskannya dalam satu teriakan.

"NOAH!!!! BERJUANGLAH!!!"

"BERDIRILAH DAN ANGKAT PEDANGMU TINGGI-TINGGI!!! LAKI-LAKI TAK BOLEH MENYERAH!!!!" lanjut Naiya.

Seketika...

Semangat juang membara didalam hatiku. Tubuh yang awalnya bergemetar, seketika kembali seperti sedia kala. Sambil memegangi pedangku yang sudah patah. Aku berteriak melepaskan semua ketakutanku.

"MATILAH KAU BOKONG BESAR!!!!"

******

Aku berlari ke arah pohon yang ada di belakangku. Gorilla itupun mengejar, dan disaat kurasa sudah pas, aku menggunakan batang pohon itu sebagai pijakan agar aku bisa meloncat lebih tinggi lagi ke wajah Si Bajingan Besar itu. Aku melempar pedangku yang ujungnya sudah patah ke salah satu mata dari Gorilla.

CERKKKK!!

Pedangnya berhasil menancap dan membuat Gorilla itu buta untuk sesaat. Aku berlari kearah Naiya, karena tak sanggup berjalan, akupun memutuskan untuk menggendongnya dan menjauh dari Gorilla itu.

***

Kami berlari dan berusaha mencari tempat bersembunyi. Gorilla itu kembali mengejar kami walaupun kali ini larinya lebih lambat karena rasa sakit yang ia terima.

...

"Disana!!" ucap Naiya menunjuk ke arah reruntuhan.

Kami masuk ke dalam reruntuhan tersebut dan bersembunyi dari kejaran Gorilla besar tadi. Naiya terus-menerus memelukku dengan erat karena ketakutan.

"Selamatkan kami!!.... Selamatkan kami!!..." ucap Naiya berulang-ulang.

Aku hanya tersenyum melihat Naiya yang sedang ketakutan. Aku mengangkat tanganku dan menghapus air mata di kedua kelopak matanya.

"Aku akan pergi!!" ucapku menatap Naiya.

"P-p-pergi?! Kemana?!!" sahut Naiya.

.....

Aku mengambil pedang biru yang Naiya miliki. Aku memeluk Naiya dan berterima kasih padanya.

"Terima kasih atas semuanya.... Dan aku pinjam pedangmu ya!!" bisikku ke Naiya.

"Hah?! Jangan!! Jangan pergi!!" Naiya memegangi tanganku berniat menahanku agar tidak pergi.

Aku menaruh tanganku diatas kepala Naiya. Aku mengusap-usap rambutnya yang panjang sambil menenangkannya.

"Tenang saja!! Aku ini laki-laki, kamu bilang laki-laki gak boleh menyerah bukan," senyumku kearah Naiya.

Aku berlari keluar reruntuhan. Gorilla itu seketika melihatku dan berlari kearahku. Ia meloncat dan menghantamkan pukulannya ketanah dengan keras, sehingga tanah disekitarnya berguncang dan retak.

Aku menghindar dan berlari ke arah kiri Gorilla itu. Aku mengeluarkan sihirku untuk pertama kalinya setelah sekian lama tak ku gunakan.

"Cih!! Kau memaksaku mengeluarkannya ternyata!!" ucapku.

"Teknik Udara: Tebasan Badai." mengusapkan ke bilah pedangku.

Seketika pedangku memiliki aura yang hebat. Aku berlari dan menargetkan tebasanku ke tangan Gorilla itu. Seketika aura dipedangku berubah menjadi gelombang air yang tercampur dengan hembusan angin yang sangat kuat.

"Ini?!!... Baiklah!!"

"Teknik Gabungan: Amukan Samudra."

Swosshhhhh!!

Cerkkkkk!!!

Tebasan yang dihasilkan pedang itu jauh lebih kuat dibandingkan dengan pedang pada umumnya. Tangan monster yang pada awalnya sangat keras, seketika terpotong dalam satu tebasan.

"Roargggggggg!!!" teriak monster itu kesakitan.

Ternyata....

Teriakannya itu mampu memanggil teman-temannya untuk datang membantu. Dua Gorilla datang dengan tubuh besarnya. Mereka mengepungku, aku tak tau harus bagaimana lagi.

Masing-masing dari mereka menghujamkan pukulan dari tangan besar mereka ke arahku. Yang aku lakukan hanya menghidarinya, sampai suatu ketika, aku terkena pukulan beruntun mereka dan terhempas ke tanah. Tubuhku kaku, sama seperti disaat aku menerima pukulan dari warga yang marah saat didesa dulu.

Salah satu dari Gorilla itu mengangkat kedua tangannya keatas, berniat menghabisiku dengan satu pukulan kerasnya itu.

Swoshhhhh!!

".... Teknik Air: Dinding Gelombang." Naiya berlari ke arahku dan mengeluarkan sihirnya sebagai perlindungan.

Burrsssssst!!

Pukulan itu berhasil ditahan.

.....

"Noah!!!.... Noah!!!!...."

"NOAHHHHH!!!!"

Naiya tak henti-henti meneriakkan namaku.

....

"Diamlah!!....."

"Aku hanya ingin.... Mati dengan tenang...."

gumamku didalam hati.

Seketika...

Suatu cahaya menyilaukan pandanganku. Sekilas aku melihat seorang perempuan berpakaian serba putih, menunjukku sambil berkata.

"Aku....."

"Memilihmu."

Tak lama.....

Kepalaku terasa sangat sakit. Tubuhku juga terasa sangat kaku. Aku tak bisa menggerakkan tanganku sedikitpun.

"Arggggggggh!!! Aghhhhhh!!" teriakku menahan rasa sakit.

Darah keluar dari mataku, pandanganku seketika memerah karena dipenuhi dengan darah. Dan seketika, rasa sakit itu menghilang dalam sekejap.

...

"Noah!! Kamu kenapa?!...." ucap Naiya yang masih terdengar samar-samar.

"A-aku... Tak..." ucapanku terpotong setelah melihat tato di punggung tangan kanan ku.

"Ehhhh?!! Tato?!! Ahhhh tidak!!!! Adikku pasti marah melihat Kakaknya yang memakai tato" ucapku.

"Itu bukan tato bodoh!! Itu segel!!" sahut Naiya.

"Hah?!! Segel?!! Segel apa??"

"Ihhhh!!! susah jelasinnya sekarang. Yang pasti kamu sudah terpilih. Sekarang gunakan kekuatanmu untuk menyelamatkan kita dari kumpulan kera besar ini!!" ucap Naiya.

"T-tapi aku....."

Tangan kananku seketika terangkat. Sebuah gerbang sihir telah terbuka ditanganku.

Woshhhh!!

Sihir berunsur angin seketika keluar dari tanganku. Kekuatan sihir itu sangat besar bahkan mampu menghempaskan Gorilla itu ketanah.

"Hahhhhh!! Apa yang tadi itu, aku yang melakukannya?!!" mulutku menganga terkejut melihat kekuatan baru yang kumiliki.

"Wahhhhh!!! Legenda itu ternyata benar!! Seseorang telah terpilih, ia yang memiliki hati yang suci!!" Naiya terlihat senang.

"Hah?!! Suci?! Terpilih!?? Tunggu.... Hah?!!" aku masih kebingungan, tak tau apa yang sebenarnya terjadi.

*****

Gorilla itu kembali berdiri. Mereka terlihat begitu marah dengan kami. Tatapan kejam mereka mengarah kearah kami. Seketika, salah satu dari mereka melemparkan batang pohon yang besar kearah kami.

Swoshhhh!!!

Aku mendorong Naiya untuk menyelamatkannya. Dan disaat batang pohon itu mendekatiku....

Burssssst!!!

Batang itu terbelah menjadi dua. Sebilah pedang baru berwarna hijau tosca dengan motif serta bentuknya yang terlihat istimewa berada ditanganku. Pedang itu keluar dengan ajaibnya melalui tangan kananku.

"Woahhhhh!!! Naiya!! Kau lihat itu!! Barusan aku mengeluarkan pedang dari tanganku loh!!" ucapku kegirangan.

"Haha!! Iya!! Iya Noah kamu hebat!!" Naiya dan aku meloncat-loncat kegirangan.

*****

Setelah itu...

Salah satu dari kumpulan Gorilla itu berlari kearah kami. Dengan cepatnya ia siap menghantamkan tangannya kearah kami. Aku berdiri dan bersiap menghadangnya dengan pedang serta kekuatan baru yang kumiliki.

"Kali ini!! Kami tak akan menyerah!!"