Selama mengenal sosok Shireen, wanita itu sangat jarang terbuka untuk soal masa lalu. Padahal, Ghailan sudah membuka diri, menerima apapun yang dikatakan. Asalkan ia tahu dari Shireen secara langsung.
Ghailan ingat sekali, saat mendekat Shireen, ia tahu keadaan kekasihnya sedang tidak baik-baik saja. Ia hanya tahu kalau Shireen sedang ada masalah dengan orang. Ghailan masih termenung, menebak-nebak apa yang terjadi.
Keesokan harinya mereka beraktifitas seperti biasa. Shireen merapihkan dan membersihkan area tempat makan. Lalu membantu memasak di dapur. Sementara Ghailan membuka semua pintu dan membersihkan jendela, sekaligus tempat parkir.
"Ghailan, lemes amat," sapa Detty.
"Iya, lagi banyak pikiran nih."
"Usaha?"
"Cewek." Ghailan menghela napas.
"Berantem sama Shireen?"
"Yah begitulah."
"Biasa, dalam hubungan itu udah nggak aneh."
"Apa sih mau nya cewek kalau lagi marah?"
"Dimengerti, didengerin, selesai."
"Hah? Seriusan?" Ghailan terkejut masih tak percaya.