Shireen terbangun dari tidurnya, perut yang sedari tadi belum terisi terus berbunyi meminta makan. Ia mengintip keluar dari jendela, Ghailan masih duduk di bangku tunggu yang ada di depan kamar. Hatinya semakin merasa bersalah pada kekasihnya itu.
'Maafin ya, Ghailan,' ucapnya dalam hati.
Shireen mengikat rambut, lalu keluar hendak ke kamar mandi. Ghailan langsung bangkit, lalu berjalan menghampiri Shireen dan menghadang jalannya dengan merentangkan tangan.
"Apa?" tanya Shireen, menggerakkan kepalanya.
"Masih marah?" Ghailan balik bertanya.
"Nggak," jawab Shireen singkat, kepalanya menggeleng lemah.
"Aku minta maaf."
"Aku butuh waktu, bisa biarin aku sendiri dulu?" pinta Shireen.
"Sampai kapan?" Ghailan kembali khawatir.
"Entah, permisi." Shireen meminta jalan, Ghailan langsung sedikit bergeser.