Su Cen tak mendengar lagi cerita karyawan tersebut. Cerita itu cuma di dengar oleh kedua orang tuanya serta saudara-sudaranya saja. Sepulangnya karyawan itu, Su Cen pun membenamkan diri dalam kamar. Di tumpahkan semua kesedihan, keresahan, kegundahan, kehampaan, lenyapnya harapan, hilangnya pegangan. Longsor tanah tempat berpijak, patah dahan tempat bergantung. Semua kosong, melompong, ngiangnya lorong.
Air mata penyesalan itu pun kembali hadir. Wajah gadis itu sudah terasa lebam. Su Cen tercenung. Di hatinya ada sesal yang begitu pekat. Sesal yang tak mampu memicingkan mata. Sesal yang menggerayangi sekujur perasaannya.
Chen Xiao saat itu masih mendengkur di kursi. Wajahnya masa bodoh dalam pulasnya Baru setelah siang sudah terang berderang, Chen Xiao terjaga. Yang pertama kali di tengoknya adalah Su Cen. Gadis itu masih menelusuh di tempat tidur.
"Cen Cen, ayo bangun. Kita pulang. Sudah sian sekali nih." Panggil Chen Xiao sambil menyundut rokoknya.