Yah, seharusnyalah Ling Jing memberinya kesempatan untuk lebih mengenal dirinya lebih jauh, lebih menghayati perannya sebagai istri dan lebih mempertebal rasa tanggung jawabnya. Su En bukan benda mati. Ia punya kepribadian dan otak yang tajam. Itu adalah bekal yang kuat untuk merintis perkembangan dirinya ke arah yang lebih sempurna dan lebih sempurna lagi. Bukankah manusia itu makhluk yang berproses agar tumbuh menjadi subyek yang peripurna?
Ah, betapa tak sabarnya dia selama ini. Dan betapa tak panjangnya nalar yang di milikinya. Ketika Jia Ling muncul, kesempatan itu di pakainya untuk menyenangkan egonya yang terluka oleh penolakan Su En. Jia Ling justru manis dan memanjakannya, yang pandai menghibur itu membuatnya terlupa akan kewajiban untuk membina hubungan baiknya dengan Su En. Bahkan di hapadan istrinya sendiri pun ia telah memperlihatkan perhatiannya yang lebih kepada Jia Ling sehingga beberapa orang mengira Jia Ling-lah yang merupakan istrinya dan bukan Su En.