"Dalam hal itu, aku juga berhak En En!" tegas Su He.
"Hak apa?!" Su En semakin jengkel mendengar kata-kata kakak lelakinya itu.
"Hak sebagai anak sulung dan sebagai lelaki satu-satunya di antara kita 6 bersaudara ini. Apalagi ini demi keamanan mu sendiri, En En!" kata Su He.
"Tidak ada wewenang semacam itu, Kak. Kau bisa di tuntut, membuka-buka laci orang dan membaca surat-surat yang bukan haknya!" kata Su En kesal.
"Silakan saja. Tetapi pasti aku akan menang. Sebab, hal itu ku lakukan demi keselamatan mu sendiri. Jangan sampai ada surat-surat cinta yang merusak pikiran mu, menganggu konsentrasi mu belajar, dan membahayakan masa depan mu!" kata Su memperingati.
"Huh, seperti aku ini gadis murahan saja!" Su En berlalu dari hadapan kakaknya dengan hati yang semakin mendongkol. Kemarahannya tadi tak mendapatkan wadah penyaluran secara tuntas.
"Murahan atau tidak, itu tergantung pada diri mu sendiri. Dan itu besar kaitannya dengan cara mu memilih pergaulan!" teriak kakaknya.