Hembusan napas hangat terasa di tengkukku. Senyum terukir di bibirku.
"Bisakah kita terus meringkuk di sini tanpa harus beranjak?" bisiknya sambil mengelitik pinggangku. Aku tertawa dan berguling menjauh menghindari serangan tangan Luke. Kami terus bermesraan di sofa dan bercanda dengan kehangatan yang kami rindukan.
"Nika akan mencincang kita berdua," gelakku. Luke tiba-tiba berhenti.
"Iya ya, heran. Kenapa Nika senewen banget sama aku?" kernyit Luke.
"Dia cuman kesel karena ulahmu yang ajaib saat jadi panglima Abaddon." Aku membela Nika.
Ponselku bergetar dan pesan dari Razz masuk. Aku menunjukkan pesan pada Luke.
-meeting jam 09.00-
Wajahnya langsung kecut.
"Aku mandi dulu," pamitku langsung menuju kamar mandi. Luke yang tadinya bersemangat turut meringis kesal.
***
Meeting pagi itu ternyata cukup serius. Razz menginginkan setiap divisi hadir.