Aku duduk di pinggir balkon menatap pemandangan Roma di malam hari.
Memoriku kembali pada kejadian barusan. Kesempatanku sudah berlalu.
Hatiku dingin. Kakiku melangkah menuruni tangga.
"Rie," panggil Luke. Aku berhenti. Dadaku berdebar tapi aku menolak untuk menoleh.
"Puri memperlihatkan sesuatu padaku, tentang aku dan kamu. Tentang kita. Tapi tidak ada satu pun yang kuingat atau terekam dalam memoriku ...."
Ucapannya terhenti.
"Aku bahkan tidak tahu siapa aku sebenarnya," keluhnya pelan namun dalam dan mengandung luka.
"Lupakan, Lukas. Lupakan semua," jawabku dengan getir.
"A-aku tidak bisa. Pertama kali aku melihatmu, aku seperti pernah mengenalmu. Walau sebelum aku mengetahui semuanya," suaranya gemetar.
"Bahagiakanlah dirimu jika ada kesempatan hidup kali ini. Gadis itu sepertinya pilihan yang baik," jawabku masih tidak sanggup menatap wajahnya.