Chereads / Riona / Chapter 40 - Between Love And Sacrifice

Chapter 40 - Between Love And Sacrifice

Sebetulnya aku sedikit risih memakai baju pilihan Luke. Jarang aku memakai rok ataupun gaun. Tapi saat kupandang pantulan diriku di kaca lift, aku sedikit percaya diri. Gaun berwarna hitam tanpa lengan selutut dengan punggung terbuka tampak membungkus ketat tubuhku dengan indah. Luke tidak henti-hentinya melirikku. Aku menginjak kakinya dengan keras saat dia berusaha memelukku dari belakang.

Scarlet menoleh bingung mendengar lenguhan Luke yang kesakitan. Kami tiba di sebuah lounge VIP. Sekitar delapan orang gadis dan dua pemuda yang fisiknya sangat rupawan dengan pakaian ala pesta. Luke menyapa semuanya dan disambut dengan tepuk tangan penuh hormat oleh mereka. Aku bergidik saat melihat dengan netra batinku, masing-masing wujudnya sangat di luar nalar. Luke betul, mereka tidak serupawan bentuk samaran mereka.

"Kau tidak akan percaya bahwa ini semua adalah hasil hubungan para raja iblis dengan manusia. Aku harus menjaga mereka semua sementara ini. Ada kalanya aku merindukan kehidupan sebagai malaikat dulu. Tidak ada kewajiban yang aku muak untukmenjalaninya," ucap Luke dengan nada seperti terpaksa. Aku meraih gelas minuman dan meneguk dengan cepat. Semua rumit untuk Luke memang. Menjalani peran sebagai panglima yang harus mengikuti perintah rajanya.

Musik dikecilkan dan Luke meraih sebuah gelas champagne.

"Terima kasih atas sambutan luar biasanya. Syukurlah kalian dalam keadaan selamat. Usahakan mulai hari ini tidak ada yang keluar hotel tanpa pengawasan. Kondisi sedang genting, dan kita dalam bahaya," serunya lantang. Seluruh yang hadir mendengarkan dengan seksama.

"Luke, siapa manusia yang bersamamu itu?" tanya seorang pemuda yang tampak sedikit kemayu.

"Oh iya, aku melupakan sesuatu," jawab Luke, ditariknya tanganku untuk berdiri, dan lengannya melingkar di pinggangku dengan santainya. Aku sontak jengah dan kikuk.

"Ini adalah Riona, dia sudah melamarku dan kami akan menikah secepatnya," lanjut Luke sambil matanya lekat menatapku. Pijar kerinduan terpercik. Aku seperti tertampar. Aku melamar dulu, saat kami masih menjadi sepasang kekasih. Bukan sekarang!

Raut muka terkejut menghiasi wajah semua yang ada di ruangan itu.

"Hebat sekali lamarannya tidak kau tolak Luke, pasti dia mampu memuaskan kau di atas kasur," sindir seorang gadis yang terlihat tidak menyukai berita ini.

"Ha-ha-ha, dia tidak seperti kalian yang berlomba-lomba untuk meniduriku. Aku belum pernah menyentuhnya," sahut Luke pelan namun terdengar oleh semuanya. Secara reflek aku mendorong tubuh Luke.

"Kalian lihat? Bahkan amarahnya mampu bertahan selama enam bulan. Dia membuatku tergila-gila," bisik Luke lirih sambil menatapku yang berlalu dan pergi meninggalkan ruangan itu.

***

Aku keluar dari ruangan yang sangat membuatku muak. Seharusnya sedari awal tidak aku iyakan untuk berada dalam perlindungannya. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Aku bingung melangkah ke arah mana. Kuputuskan untuk mencari udara segar. Hotel sudah terlihat sepi. Lobby hotel hanya beberapa petugas keamanan dan karyawan yang masih beraktivitas. Ada sebuah taman yang sangat strategis untukku merenung dan menghirup udara. Entah apa yang Luke pikirkan dengan mengatakan pada kumpulan makhluk itu.

Benarkah aku sanggup menjalani kehidupan pernikahan dengan Luke? Dalam kondisi sebelumnya saja Luke tidak pernah berada di dekatku, apalagi sekarang ini? Haruskah aku mengikuti gaya hidupnya?

"Mengherankan Luke membawa gadis dalam perjalanannya," seru seseorang dari belakang. Aku menoleh. Seorang pria cukup menarik dengan jas rapi dan rokok di tangan mendekat dan duduk di sebelah tanpa permisi.

"Ternyata Luke sangat terkenal," ucapku menimpali kalimatnya.

"Aku Iraze. Atasan Luke dulu waktu masih prajurit biasa," sahut pria itu. Aku tercekat.

"Ya, aku pernah mendengar ceritamu dari Himauwe," cetusku mengingat cerita yang pernah pria tua Indian itu sampaikan.

"Luke mencapai karir dan pangkatnya dengan sangat pesat. Dia memang berbakat menjadi yang terbaik. Tapi yang tidak aku mengerti, dia kembali mengulangi kesalahannya dengan menjalin hubungan dengan manusia sepertimu."

"Semua raja neraka juga memiliki anak dari manusia. Jangan menghakimi dia dengan tindakan yang juga kalian semua lakukan." Aku sangat jengkel harus mendengar berulang kali ucapan mengenai Luke yang tidak diperbolehkan memiliki hubungan apapun dengan manusia.

"Kau benar-benar tidak pernah mendengar tentang larangan yang ditetapkan untuk Luke ya?" tanya Iraze dengan heran. Aku terdiam sejenak.

"Apa maksudmu?"

"Luke adalah seorang malaikat yang terbuang. Jika dia ingin kembali, maka Luke harus menjalani kehidupan sebagai seorang makhluk yang menjalani hukuman, bukan menambah daftar dosa. Jelas menjalin hubungan dengan manusia adalah larangan utama bagi seorang malaikat," sahut Iraze dengan perlahan.

"Luke mengatakan bahwa aku bisa memenuhi takdirnya sebagai manusia yang mengembalikan kemuliaannya!" tukasku cepat.

"Sebagai manusia yang harus berkorban! Bukan menjadi pasangannya!" tegas Iraze dengan cepat. Hatiku berdesir cepat.

"Berkorban seperti apa maksudmu?" tanyaku dengan suara bergetar. Iraze membuang puntung rokoknya dan menyalakan kembali rokok yang kedua.

"Cinta yang kau miliki untuknya harus kau korbankan dengan tidak memilih jalan pernikahan!" sahut Iraze dengan suara tajam. Suaranya mirip dengan perintah, bukan jawaban.

"Kenapa kau begitu peduli pada Luke. Urusan hidup Luke tidak akan berpengaruh pada hidupmu," balasku tidak kalah sinis. Iraze mengeraskan rahangnya. Aku mencoba melihat wujud Iraze dengan mata batinku, namun yang tampak adalah wujudnya saat ini. Tidak ada wujud mengerikan seperti iblis lainnya. Siapakah dia sebenarnya?

"Aku dan Luke diciptakan dalam waktu bersamaan, dari buah kemuliaan yang sama. Dua makhluk yang sering kalian sebut sebagai kembar. Itulah aku dan Luke."

Jawaban Iraze membuatku tertegun.

"Kembar …," desisku takjub.

"Luke jatuh ke dalam cobaan Maktika keparat! Aku memutuskan untuk mendampinginya tanpa ia ketahui! Malaikat Uriel yang memberitahu tentang kejatuhan Luke, dan aku mendahuluinya hanya untuk memastikan bahwa neraka itu tidak akan menyakiti dia!" Iraze terdengar emosional dan sedih sekaligus.

"Kau memilih jatuh ke dalam dosa hanya untuk Luke?" tanyaku takjub.

"Ya! Kau tidak tahu seberapa kuat aku mencoba menjauhkan dia dari segala godaan kalian manusia! Makhluk yang paling tidak bersyukur! Kalian diciptakan sebagai wujud yang paling sempurna, namun kalian buang semua hanya karena keserakahan. Hawa buktinya! Wanita pertama itu beserta keturunannya akan terus membuat semua makhluk yang kaum temui untuk jatuh ke dalam dosa!" cecar Iraze penuh kebencian.

"Kau salah! Tidak semua keturunan Hawa adalah buruk!" tangkisku tidak terima.

"Oh ya? Buktikan! Aku tidak melihat itu semua setelah ribuan tahun menjalani kehidupan di antara kalian!" tantang Iraze. Dadaku dipenuhi rasa marah atas tuduhan Iraze. Aku bukan wanita seperti itu!

"Aku bisa membantah semua tuduhanmu! Tidak semua manusia adalah sesat dan tidak ada harapan lagi. Justru yang harus kamu waspadai adalah keturunan iblis yang mungkin jauh lebih buruk dari kami!" ucapku dengan geram.

"Tidak ada lagi hal baik sekarang ini. Kita tinggal menunggu waktu kapan Abaddon meniupkan sangkalala untuk mengawali kehancuran semua semesta. Saat itu terjadi, kalian akan menghadapi hukuman sesuai buku kehidupan!" ungkap Iraze dengan raut dingin.

"Yang jelas itu bukan semua dari kami!" sahutku dan malas melanjutkan pembicaraan lagi.

"Aku mohon … penuhi peranmu dan kembalikan Luke sebagai malaikat lagi," pinta Iraze melemah. Suaranya terdengar sangat berharap.

"Apa yang Luke inginkan bukan yang kau rencanakan. Berhentilah ikut campur dalam hidupnya," tukasku mulai bersiap pergi.

"Aku menyayangi dia, Riona. Sama sepertimu, terlalu menyayangi dia … saudara kembarku," ucap Iraze lirih. Aku bangkit dan meninggalkan Iraze yang duduk dengan sikap rapuh. Aku menghapus air mata yang mengalir. Ada cinta yang begitu besar untuk Luke dari seorang Iraze dan aku. Kenapa aku harus terlibat dalam kemelut rumit ini? Kami memiliki dua pandangan yang berbeda, namun Iraze dan aku sama-sama menginginkan yang terbaik untuk Luke!