Sejak Luke pergi, hatiku terasa ada yang hilang dan sempat goyah. Ada kehampaan yang melanda.
Aku menenggelamkan diri dalam pekerjaan dan terus mengejar kesibukan hingga lupa waktu. Kadang memilih tidak pulang karena memilih menyelesaikan semuanya dengan maksimal.
Puri sering kali mengingatkan untuk mengambil jeda sejenak dan menikmati hidup. Tapi jujur, aku tidak lagi memiliki keinginan untuk sendirian di rumah. Sepinya di tempat itu tanpa Luke, kali ini membuatku hampir gila dan depresi. Aku bisa berdiri di depan kulkas selama satu jam tanpa tujuan yang jelas. Ini terlalu konyol dan mulai menggerogoti kewarasanku.
Kadang aku memandang foto album saat bersama dengan Maya dan Fiona. Tapi yang terjadi air mata ini berkumpul dan siap meledak setiap saat.
Bian kadang menemani selama ia libur, tapi itu tidak selalu. Ia juga harus mengurus semua kesibukannya sendiri.