Chereads / KITA AKAN BERTEMU KEMBALI / Chapter 2 - part 2

Chapter 2 - part 2

Ternyata wanita tersebut adalah Vani, mantan istri Arka

"Siapa kau?" tanya Lani.

"Siapa aku? Aku adalah ibumu," jawab Vani. Lani terkejut dan menggeleng.

"Tidak!" Vani berusaha mendekati Lani. Lani berusaha menghindar karena takut. Ia berteriak memanggil Arka.

Keluarga keluar karena mendengar teriakan Lani. Kakek yang melihat Vani berusaha menyentuh Lani pun heran dan bertanya, "Ada apa ini? Apa yang kau lakukan?" tanyanya pada Vani.

"Apa yang aku lakukan? Ayolah, hari ini kan ulang tahunnya putriku, jadi aku juga berhak kan mengucapkan selamat pada putriku sendiri?" bantah Vani.

Lani hanya diam tidak mengerti maksud Vani. Sebenarnya dulu dia pernah ditinggal Vani sewaktu bayi hingga sekarang, itu sebabnya dia tidak mengenal Vani dan merasa takut padanya.

Vani tetap berusaha mendekat pada Lani, namun Lani masih berusaha menjauh karena takut. Arka yang sudah merasa kesal itupun melampiaskan amarahnya pada Vani. Tiba-tiba Arka berteriak, "Cepat kau pergi dari rumah ini! Dan jangan sekali-kali kau berusaha menyentuh putriku," tegurnya.

"Tapi Arka?"

"Cepat keluar!" marah Arka.

"Baiklah aku akan pergi, tapi ingat aku akan kembali ke keluarga ini," ucap Vani lalu pergi meninggalkan rumah Arka tersebut.

Seluruh keluarga berusaha menenangkan Lani dan menghiburnya.

Setelah makan malam, Lani pergi ke kamarnya untuk istirahat, namun ia tidak bisa tidur dan gelisah. Shirley datang menghampiri Lani.

"Hai Lani, kenapa kau murung?" tanya Shirley sambil memainkan boneka beruang berwarna cokelat untuk Lani.

Lani tersenyum. Ia mengambil boneka beruang tersebut dari Shirley.

"Boneka ini sangat lucu! Bagaimana ibu mendapatkan boneka ini?" tanya Lani. Shirley diam sambil berpikir.

"Ibu dapat dari mana ya? Ibu lupa, maafkan ibu ya," jelas Shirley.

"Sudahlah, tidak apa-apa. Oh ya, aku ingin menunjukkan sesuatu untuk ibu dan ayah." Lani beranjak dari ranjangnya dan pergi mencari kartu undangan di lemarinya.

"Aku ingin memberikan undangan untuk acara perlombaan pidato besok," kata Lani. Shirley dan Arka tersenyum.

"Baiklah sayang, ayah dan ibu akan datang," jawab Arka. Lani hanya diam dan menatap Arka dengan cemberut. Arka mengerutkan keningnya.

"Apa apa? Kenapa menatap ayah seperti itu?"

"Ayah akan datang kan?" tanya Lani pada Arka.

"Tentu saja. Mana mungkin ayah tidak datang? Apa pernah tidak datang?" tanya balik Arka.

"Bukan hanya pernah, tapi juga sering," jawab Lani menahan tawanya. Shirley juga ikut tertawa sebentar. Arka memutar matanya malas.

"Sudah-sudah, itukan dulu, besok ayah janji akan datang, kalau ayah nanti terlambat atau bahkan tidak datang, kau bisa menghukum ayah sesukamu," ujar Arka. Lani tersenyum.

"Serius? Ayah mau datang?"

"Tentu.''

"Janji?"

"Janji.''

Keesokan paginya, hari ini akan ada lomba pidato di sekolah Lani. Saat acara tersebut dimulai, Shirley dan Arka mengacungkan ibu jarinya pada Lani. Lani hanya diam sambil tersenyum.

Malam hari, keluarga sedang makan malam bersama.

_Tok tok tok_

''Emm Nila, tolong bukakan pintunya," pinta Arka.

"Baik tuan."

Nila lalu membuka pintunya dan yang datang adalah Vicky adiknya Arka yang baru saja pulang dari Jakarta karena urusan pendidikan. Vicky menyapa Arka dan semuanya sambil tersenyum.

Keesokan paginya, Vicky sedang memompa ban mobilnya yang kemarin kempis. Lani datang menghampirinya sambil tersenyum.

"Selamat pagi, paman sedang apa?" tanya Lani sambil melihat Vicky yang sibuk memompa ban mobilnya. Vicky menatap Lani.

"Tidak ada, hanya memompa ban, apa kau butuh sesuatu?" Lani mengangguk.

"Katakan."

"Jadi, hari ini aku libur. Apa paman bisa mengantarkan aku ke suatu tempat?" pinta Lani pada Vicky.

"Tentu, tapi kemana?" tanya Vicky.

"Entahlah, ayo nyalakan mesinnya dulu." Vicky mengangguk pelan.

"Baiklah."

Saat di perjalanan, Vicky bertanya pada Lani.

"Dimana kita akan pergi?"

Lani hanya diam, dia melihat ada pedagang bunga di pinggir jalan dan dia meminta Vicky untuk berhenti di sana. Lani melihat ada setangkai bunga mawar yang indah dan dia menyukainya. Vicky pun membeli bunga itu dan memberikannya pada Lani.

Sesampainya di rumah, Lani berlari menghampiri Shirley.

"Lani? Kau darimana saja? Ibu sangat mencemaskan mu," ujar Shirley. Lani tersenyum.

"Kenapa ibu khawatir? Aku baik-baik saja. Aku datang untuk memberikan ini," ujar Lani sambil memberikan Shirley setangkai bunga mawar merah yang tadi ia beli.

"Apa ini?"

"Terimakasih ibu, selama ini kau selalu membantuku saat aku kesulitan, dan kau selalu ada setiap saat untukku," jelas Lani. Shirley tersenyum.

"Kau adalah ibu terbaik dan sangat ku sayangi yang aku miliki," ucap Lani. Mendengar ucapan Lani itu pun, Shirley langsung memeluk Lani dan mencium pipinya.

Keesokan paginya, Lani bangun lebih awal daripada biasanya. Dan dia berniat untuk memasak sarapan dengan meminta tolong pada Nila untuk mengajarkannya memasak.

Melihat Lani yang masih kecil itu pun, Nila menyuruh Lani untuk memotong sayuran dan mengaduk sayur sop yang ada di panci saat di atas kompor yang menyala.

Beberapa menit berlalu, Shirley pergi ke kamar Lani untuk membangunkannya, namun dia tidak ada.

Shirley pun turun ke bawah dan dia melihat Lani sedang memasak di dapur.

"Ibu, kau di sini? Ayo duduk. Aku akan mengambilkan ibu makan," kata Lani lalu mengambilkan makanan untuk Shirley.

_"Sejak kapan Lani pandai masak?"_ tanya Shirley dalam hati. Dia memakan makanannya dan tersenyum.

"Bagaimana apa enak?"

"Iya, ini enak sekali." Lani tersenyum.

"Terimakasih ibu. Sebenarnya bibi Nila yang mengajariku memasak."

"Eh, kalian sudah bangun? Kalau begitu aku pergi dulu. Ada urusan yang penting," ujar Arka yang baru saja turun dari tangga.

"Urusan apa ayah?" tanya Lani.

"Urusan ini sangat penting," jawab Arka. Dia lalu bergegas ke kantor menggunakan mobilnya.

"Sudahkah, ayahmu memang selalu sibuk," kata Shirley pada Lani.

Lani hanya tertawa.

Keesokan harinya, hari ini sekolah Lani sedang mengadakan piknik. Mereka berlibur di sebuah taman yang indah, ada bunga-bunga mawar yang berwarna-warni mulai dari kuning, merah, jingga. Ada juga bunga kertas yang berwarna merah muda dan jingga. Pohon yang rindang dan beberapa mainan anak seperti ayunan dan prosotan.

Lani duduk bersama Maya temannya di karpet sambil bercanda dan bermain bersama. Mereka sangat bersenang-senang.

Malam hari, Arka pergi menjemput Lani di sekolah.

Menit berganti menit, detik berganti detik, Arka melihat arlojinya. Jam menunjukkan pukul 20.00 WIB. Namun Lani tidak kunjung hadir dan membuat Arka cemas.

"Kenapa anak-anak belum pulang? Ini kan sudah pukul 8?" tanyanya pada seorang guru yang ada di sekolah.

"Tenang tuan, itu mereka," jawab guru tersebut sambil melihat bus sekolah yang baru saja datang.

"Ayah!" sapa Lani saat turun dari bus dan berlari menghampiri Arka dan memeluknya.

"Aku menyayangimu, Ayah," ucap Lani sambil memeluk Arkam

"Ayah juga, sayang."

Arka lalu mengantar Lani pulang ke rumah dengan mobilnya.

Saat di rumah, Lani kelihatan sangat lelah dan dia pun tertidur lelap di kamarnya.

Keesokan paginya, Shirley datang ke kamar Lani untuk membangunkannya.

"Lani ayo bangun!" kata Shirley." Lani membuka matanya.

"Ibu? ughk-ughk."

"Batuk?" Shirley mendekat pada Lani dan memegang dahinya.

"Badannya sangat panas," katanya pada Arka.

"Kalau begitu, aku akan panggil dokter dulu."

Setelah memeriksa Lani, dokter mengatakan jika Lani harus istirahat yang cukup.

Arka dan Shirley tersenyum. Mereka kemudian merawat Lani dengan lembut dan kasih sayang.

"Apa kau lapar Lani?" tanya Arka sambil membawa semangkuk sup ayam untuk Lani.

"Ya ayah."

"Kalau begitu, ini sup untukmu," kata Arka sambil menyuapi Lani. Lani hanya tersenyum.

Tiba-tiba Nila datang.

"Permisi tuan, ada yang ingin menemuimu."

"Sebentar, ayah pergi dulu, kau makan sendiri ya."

Arka lalu pergi ke ruang tamu dan dia melihat Irvan dan Vani.

"Ada apa? Kenapa kalian kemari?"

"Tenang. Kami ke sini hanya ingin memberi tahu kalau putra mu, sekarang sudah memiliki beasiswa."

"Apa?"

"Iya. Ravi memang pintar dia juga rajin belajar, nilainya juga bagus semua. Dia pantas mendapatkan beasiswa," jelas Irvan. Arka hanya diam dan tersenyum. Ia tidak menyangka jika anaknya akan berhasil seperti ini.

"Oh ya, kami harus pergi, selamat tinggal," ucap Arka.

Setelah itu, Arka lalu pergi ke kamar.

"Siapa Arka?"

"Vani dan Irvan."

"Apa yang mereka lakukan?" tanya Shirley.

"Tidak ada, hanya memberitahu bahwa putraku Ravi mendapatkan beasiswa," jawab Arka.

"Wah, selamat ya."

"Terimakasih."

"Siapa itu Ravi ayah?" tanya Lani.

"Kakakmu."

"Lalu kenapa dia tidak tinggal dengan kita?"

"Emm itu...itu---"

"Lani, ayo istirahat. Ibu akan membacakan dongeng untukmu," kata Shirley. Lani mengangguk.

"Baik."

Shirley pun duduk di samping Lani dan membacakan dongeng untuknya. Lani tertidur di saat Shirley membaca tengah-tengah cerita.

Malamnya, Lani menghampiri Arka dan berkata, "Ayah, aku ingin bertanya sesuatu padamu, apa boleh?" Arka tersenyum.

"Tentu saja boleh."

"Jadi, kau belum menjawab pertanyaanku."

"Pertanyaan apa?"

"Soal kak Ravi. Tolong ceritakan padaku..." pinta Lani.

"Lani, kau masih kecil. Kau belum bisa memahami apa yang ku katakan," jelas Arka.

Lani menggeleng.

"Tidak ayah, kau salah menilai ku. Aku akan mengerti apa yang kau katakan," bantah Lani.

"Baiklah kalau itu maumu." Arka lalu menceritakan tentang Vani dan Ravi saat mereka masih bersama di keluarga ini.

"Jadi Vani adalah ibumu, dan Ravi adalah kakak kandungku," kata Arka sambil menahan air matanya.

"Apa ini ayah? Kau menangis? Sini biar aku hapus," kata Lani sambil mengusap air mata Arka. Arka hanya diam dan tersenyum.

Keesokan paginya, Vani dan Ravi sedang makan bersama.

"Oh ya Ravi, hari ini, ayah akan pergi menemuimu."

"Apa?"

"Ya nak, sekarang kau bersiap-siap."

"Tidak! Aku tidak ingin bertemu ayah!" tolak Ravi dengan nada tinggi.

"Ravi, kau harus menjaga kesopanan mu," tegur Vani.

"Tapi Bu?"

Tiba-tiba bel rumah berbunyi.

_ting tong_

''Sebentar.'' Ravi bergegas membuka pintu dan melihat Arka.

"Ayah?"

"Ya nak, ayah ingin mengucapkan selamat ulang tahun dan mengucapkan selamat atas beasiswa yang kau dapat."

"Terimakasih."

"Kalau kau tidak keberatan, apa ayah boleh memelukmu?" Ravi menggeleng.

"Aku...aku merasa tidak ingin memelukmu." Arka hanya diam.

"Baiklah kalau begitu. Sekarang aku harus pergi," pamit Arka.

"Iya, maaf atas kelakuan Ravi padamu tadi," ucap Vani.

"Tidak apa."

Pada hari Minggu, Arka mengajak Shirley jalan-jalan di tempat yang indah.

Tiba-tiba, saat Shirley sedang menikmati keindahan pemandangan taman tersebut, Arka menghilang.

Shirley menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari Arka, namun tidak ketemu.

"Arka, kau di mana?"

Tanpa disengaja terdengar suara alunan musik. Arka berjalan menghampiri Shirley sambil tersenyum dan berlutut di depannya. Ternyata dia ingin mengajak Shirley berdansa bersama.

Malamnya, Shirley tersenyum memandangi Arka.

"Ini adalah hari terindah."

Arka tersenyum.

Keesokan harinya, Vani pergi menemui Arka untuk mengatakan sesuatu. Dia juga menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi bahwa Lani adalah putrinya dan Irvan. Dan Vani ingin mengasuh Lani.

Arka hanya diam, dia merasa sedih karena Lani bukan putrinya.

Arka menuruti permintaan Vani yaitu mengizinkannya merawat Lani namun dengan satu syarat agar Ravi kembali ke rumah.

Lani yang mendengar hal itu merasa gelisah. Dia takut akan berpisah dengan keluarganya.

Diapun memutuskan untuk pergi keluar rumah dari jendela.