Kuberanikan langkahku untuk mendekat. Ricky tiba-tiba berdiri dari janjangnya. Berjalan ke arah lemari kemudian memungut kaus abu-abu dan mengenakannya. Dia benar-benar mengabaikanku. Dan, tidak melihat aku ada. Sampai di mana kini aku berdiri tepat di sampingnya.
"Ricky gue butuh dijelasin." kataku pada akhirnya. Kuremas kedua tanganku yang bergetar. Takut jika dia akan melemparku dengan vas bunga, buku-buku, atau benda-benda lainnya.
"Pergi, Nilam. Sebelum gue hilang kendali." ucapnya lirih. Dia duduk lagi di atas ranjangnya.
Beberapa anak rambunya yang mulai memanjang, terurai di keningnya. Menutupi alis tebal Ricky yang terbingkai wajah kusut miliknya.
"Gue nggak mau pergi. Gue mau di sini, nemenin elo."
"Gue nggak butuh ditemenin pengecut." aku diam, saat dia berucap seperti itu lagi padaku. Ya, benar... aku memang pengecut. Tapi, bisakah pengecut ini dimaafkan?