Tama melihat Nisa yang telah siap dengan dandanan sederhana namun terkesan imut dan cantik karena umur mereka yang memang terpaut hampir lima tahun.
"Duduklah, makan sarapanmu dulu." Ucap Tama pada sang istri.
"Nanti saja di mobil kak, bukannya kakak buru – buru?" Tanya Nisa sambil menaruh tas miliknya diatas sofa.
"Ya, tapi kamu harus sarapan dulu aku tak mau kamu sakit, apa lagi semalam aku yakin tenaga mu terkuras habis." Ucap Tama sambil tersenyum lebar.
NIsa mengingit bibir bawahnya lalu duduk di kursi makan, dan memulai memakan sarapan yang telah disiapkan oleh suaminya itu.
"Terima kasih, kak." Ucap Nisa lalu memulai memakan sarapannya.
"Ya, aku tak dapat membayangkan apa yang terjadi padamu jika aku tak kembali ke apartemen." Ucap Tama sambil menatap wajah Nisa yang kini menatapnya.
"Apa mereka orang yang sama yang menebarkan terror pada Alfredo?" Tanya Nisa disela – sela memakan sarapannya.
Tama mengeleng, "aku belum bisa memastikan siapa sebenarnya mereka?"