Tama menatap surat kaleng di hadapannya, bukan tanpa alsan Alfredo meminta bantuan sahabatnya ini tapi karena Tama mempunyai kemampuan untuk menganalisa sebuah tulisan. Tama melanjutkan kuliah di bidang psikologi klinis, namun Ia terpaksa tidak melanjutkan profesinya sebagai seorang psikolog, café milik orang tuanya membutuhkan tenaganya untuknya terus berkembang, dan kini semua café milik orang tuanya berkembang pesat atas kerja kerasnya.
"Dia pasti memiliki dendam yang sangat dalam dengan Alfredo, terlihat dari model tulisannya." Ucap Tama pada Aris di kantor kepolisian.
"Kira – kira siapa?" Tanya Aris, bukan hanya bertanya pada Tama tapi pertanyaan itu Ia juga tujukan pada dirinya.
"Atmaja." Ucap Tama tiba – tiba.
"Bagai mana bisa kamu simpulkan seperti itu?" Tanya Aris dengan mengerutkan dahinya.
"Lihat ini." Ucap Tama lalu berdiri dan berjalan ke sisi Aris sambil melebarkan lembaran surat itu.