Jatuh cinta menjadi hal yang paling akhir dalam prioritas yang dimiliki oleh Rey. Bukan karna tak mampu atau tak bisa. Hanya saja Rey merasa bahwa ada atau tidaknya pasangan hidupnya, dia akan tetap bisa hidup,
"life must still go on!".
Bisa dibilang Rey adalah seseorang yang aromantic yaitu seseorang yang tidak tertarik dengan keromantisan hubungan. Namun, dia juga tidak merasa tertarik pada kecerdasan seseorang layaknya sapiosexual. Dia lebih memilih untuk menjadi dirinya sendiri, yang tidak ia mengerti sepenuhnya.
Rey merasa 28 tahun hidupnya berjalan amat sangat biasa. Bukan hanya dalam masalah cinta, tapi kehidupan secara general. Melihat bagaimana orang diluar sana dengan roller coaster kehidupan. Rey berkaca sambol menyingirkan sebelah mulutnya.
"Payah!".
Mungkin berbeda dengan beberapa orang yang merasa bahwa hidup 'biasa' saja itu akan mudah dan bahagia untuk dijalani. Namun, itu tidak bagi Rey. Memaki kehidupan adalah makanan sehari-harinya. Roller coaster yang dia tunggangi tidak lain hanyalah kereta subway yang tidak memiliki pahit getirnya kehidupan. Mungkin hanya satu kata, muak!
Rey hanya bisa menunggu dengan percaya bahwa subway yang ia tumpangi akan melewati jalur roller coaster. Itulah yang dia harapkan, setidaknya sebelum dia lebih renta untuk menaiki roller coaster.
…
Stasiun subway hari ini terihat lenggang, berbeda dengan jam pulang kantor pada umumnya. Headset wireless putih yang terpasang di telinga pemuda itu mulai menguning. Dengan langkah gontainya dia masuk ke kereta bawah tanah yang membawa dia ke rumahnya.
"Kling!!", bunyi pesan online dari ponsel genggam Rey.
Rey membuka pesan yang ada di lock screen ponsel genggamnya.
Derren :
- Hey! Are you okay? Are you going to join tonight? Let's have some fun!!!
Rey memutarkan bola mata dan menghela nafasnya.Menutup kembali ponselnya dan menyimpannya dengan baik kedalam saku hoodie yang dia kenakan.
Sedari tadi Rey tidak mendengarkan apapun di telinganya yang telah terpasang headset. Dia hanya menikmati kesendiriannya. Cukup penat hari ini pasca pertengkaran ringan yang mah biasa yang dia dapatkan di kantornya.
Saat hendak memalingkan kepalanya ke sisi yang lain, Rey terhenti pada sudut gerbong. Ia mencoba memfokuskan pandangan dengan menyerengitkan kedua alisnya.
"Ting-tong, Kereta telah sampai di stasiun…."
Pengumuman tersebut berhasil mempengaruhi konsenterasi Rey. Ini adalah stasiun yang akan di tuu Rey. Sontak Rey bersiap-siap menuju pintu kereta. Saat dia mengarahkan pandangannya ke sudut yang menarik perhatiannya tadi, dia merasa kehilangan sesuatu di sudut itu.
"Ceglekkk…", Suara pintu terbuka berhasil membuyarkan lamunan Rey lagi. Rey melangkahkan kakinya keluar dengan masih dikaluti oleh sesuatu yang janggal di sudut gerbong tadi.
"Ahh,! Entahlah" Rey enggan untuk memikirkan apa yang ia lihat tadi dan memutuskan untuk segera pulang karena merasa cukup lelah akhir minggu ini.
…
Nafas Rey sangat tak beraturan. Dia sedang bersangga pada tiang dan tidak tau dimana. Yang dia tahu, dia harus berlari sebelum tertangkap oleh sesuatu yang mengejarnya sedari tadi.
Setelah nafasnya mulai teratur, dia berlari menuju ke persimpangan jalan yang ada di depannya. Jalan ini tidak terlihat besar, tapi sangat asing bagi Rey. Tak banyak yang bisa Rey lihat, cahayanya cukup untuk mengantarkan langkahnya untuk berlari saja.
"Brukk!!!", Rey menabrak sesuatu dan terjatuh.
Lelah yang didapat karena lari yang cukup jauh membuatnya berkunang-kunang. Dia merasa bahwa dia ditarik oleh sesuatu yang membawanya terbang dan…
"Kringggg!!!", dering ponsel Rey membangunkan dari mimpi yang terasa amat nyata.
Selagi menata nafasnya yang tak beraturan, Rey melangkahkan kaki untuk mengambil segelas air di ujung studio petak tempat dia tinggal. Pikirannya masih dikalutkan dengan mimpi yang entah mengapa sangat terasa nyata.
Rey yang sedari tadi mengabaikan dering ponselnya sudah menduga bahwa telepon tersebut berasal dari Darren. Seperti yang diduga, yang menelpon bukanlah Darren melainkan Van yang meminta bantuan Rey untuk menjemput Darren di Club yang biasa mereka datangi disetiap weekend.
"Okay, baiklah! Tunggu aku disana. Mungkin akan memakan waktu lima belas menit." Jawab Rey dengan nada malas.
Rey menyiapkan dirinya dan melihat jam yang menunjukan pukul 00.37 AM.
…
"Cklek!!" Rey baru memasangkan seatbelt untuk Darren yang tengah setengah sadar di sampingnya. Ia melihat jam sudah menunjukkan pukul 01:30 AM. Rey menghela nafasnya.
"Kau terlalu muda untuk menghela nafas seberat itu." Kata Darren dengan memicingkan senyumnya.
Rey hanya bisa menoleh dan menatap Darren dengan kosong. Lalu dia tersenyum. Bukan tersenyum bahagia, lebih seperti tersenyum untuk memaki diri sendiri.
"Simpan saja senyummu untuk esok pagi. Terlalu dini untuk tersenyum!" lanjut Darren.
"Well, mau kuantar kemana?" Tanya Rey.
Darreen tertawa kecil dan mengibaskan satu tangannya seolah mengisyaratkan bahwa pertanyaan Rey adalah pertanyaan yang aneh. Namun hal tersebut tidak merubah senyum dan kondisi Rey saat itu.
Darren sudah menduga bahwa satu-satunya orang yang akan menjemputnya setiap ia berhasil menewaskan setengah kesadarannya adalah Rey. Dia juga sudah mengetahui alasan mengapa Rey tidak ikut bersamanya malam ini, yang sudah tentu bukan karena permaslaahan yang dihadapi Rey di kantor kemarin. Darren sudah sangat mengenal Rey, begitupun Rey yang cukup baik mengenal Darren walaupun pertemuan mereka kurang dari setengah dekade.
Sebenarnya, tanpa mendengar jawaban dari Darren Ray sudah mengerti apa yang akan dijawab oleh Darren. Rey mulai menyalakan mesin mobil Darren dan mengantarkan Darren ke suatu tempat.
Baru saja mobil menyala, Rey dikejutkan dengan sesuatu yang ia rasa pernah bertemu sebelumnya. Rey mencoba mengingat, sosok itu ada di ujung pintu masuk club tepat tersorot cahaya lampu mobil Darren yang ia kendarai.
"Kenapa kita tidak segera jalan Rey!" Darren bergumam.
Darren yang setengah sadar laalu melihat Rey yang tertegun dengan mata menyerengit mencoba untuk memfokuskan pandangannya kepada Rey dan mencari tahu apa yang membuat Rey menjadi setertegun itu.
"Mana yang sedang kau lihat? Lelaki bersama seekor anjingnya, atau wanita yang hanya berbalutkan sehelai kain saja?" Tanya Darren dengan nada sedikit meninggi.
Pertanyaan itu sontak membuat Rey membuyarkan konsentrasinya. Rey lantas menjalankan mobil yang telah nyala beberapa menit lalu.
…
Rey membuka matanya dengan terpaksa, karena terik matahari yang langsung menerpa wajahnya lewat kaca depan mobil Darren. Ia melihat Darren tepat di ujung matanya sedang duduk membelakangi mobilnya. Ia menyebat seputung rokok yang entah dia dapatkan darimana.
Dengan kemeja bahan jatuh yang sedikit lusuh, Rey berjalan menghampiri Darren sambil menikmati udara pagi yang segar. Sekitar empat jam membawa mobil sedikit membuat Rey jalan sempoyongan. Rey berhasil duduk tepat disebelah Darren. Rey melingkarkan tangan dikedua kakinya, lalu meletakkan kepalanya di bahu Darren.
"Thank You!" Kata Darren sambil mengeluarkan asap rokok yang telah dihisapnya.
Rey tidak menjawab apapun. Bahkan anggukannya tidak dirasakan oleh Darren. Ia hanya merasa bahunya sedang diisi oleh kepala seseorang yang mengajarkannya banyak hal. Darren sangat mengagumi Rey. Darren sangat menyukai bagaimana Rey memaknai kehidupan.
"Sayang sekali aku, mungkin banyak orang disana tidak bisa menggapainya. Entahlah, ia hanya memiliki aura yang stand out over anyone that I've ever met. Lagipula apa yang bisa aku harapkan?" Ujar Darren dalam hatinya.
Rey bukan tidak mendengarnya, hanya saja ia hanya sedang merasakan relaksasi yang didapat dari hangatnya sinar matahari hari ini. Dan itu mengantarkannya pada tidur sesi kedua untuk libur pagi ini. Mereka menikmati matahari pagi di tengah suara ombak dengan terdiam cukup lama hingga…
Kruyuk-kruyuk…
Suara perut Darren membuat mereka tertawa dan memutuskan untuk mencari makan disekitar pantai.
Darren merasa bahwa ia belum pernah kesini sebelumnya.
"Dimana kita?" Tanya Darren
"Tenggara Arrizon" Jawab Rey singkat.
Darren belum pernah mendengarnya, yang ia tahu Arrizon adalah khawasan hutan lindung. Bagaimana bisa dia berada di pantai saat ini.
"Dasar Bodoh? Hahaha," Rey merasa puas membodohi Darren dan memukul pelan kepala Darren.
Mereka berada di Barat Arrizon, itulah yang di ketahui Rey karena Barat Arrizon adalah satu-satunya wilayang yang berbatasan dengan laut. Rey tidak tahu persis dimana mereka sekarng. Angin malam yang membawa mereka ke pantai yang indah ini.
Darren yang kesal karena Rey berhasil membuatnya terlihat bodoh melupakan kemarahannya karena rasa laparnya yang begitu besar.
…
"Apa yang sedang mengganggumu?" Tanya Darren.
Darren sudah mengerti bahwa Rey cukup aneh sedari tadi ia menjemputnya di club. Darren sangat yakin itu bukanlah permasalahan cinta. Jika iya, Darren akan sangat menertawainya dengan keras. Karena Rey bukanlah orang yang bisa merasakan perasaan yang baik. Darren tahu bahwa Rey sangat sensitive, namun untuk mengerti perasaannya sendiri dia sangat buruk.
"Apa yang kaupikirkan disana! Aku tahu aku memang buruk dalam hal perasaan. Namun aku merasa sangat terganggu dengan sesuatu yang mengejarku di dalam mimpi semalam…" Jelas Rey.
Rey merasa Konsenterasinya memburuk akibat peristiwa yang dia sendiri sedang menyusun puzzle-nya. Dia mencoba menceritakan mimpinya yang mulai mengabur kepada Darren.
Darren yang tidak pernah serius dalam berbagai hal,
"Mungkin kau hanya kurang hiburan, It's weekend! Kita sedang berlibur di pantai yang indah! Why don't we enjoy the moment instead of tenggelam dalam overthinking"
Rey hanya bisa mendengus kesal. Bagaimana tidak dia masih tidak bisa lepas dengan kekalutan peristiwa yang ia alami kemarin.
Belum habis Rey mendengus, Darren datang membawa anak anjing yang ia temukan tengah melintas di depan mereka. Rey bukanlah seorang pecinta binatang. Ia sangat ingin memiliki seekor anjing, namun entah mengapa pengalaman lampaunya membuat dia sangat takut dengan anjing.
Anjing??? Sontak Rey kaget dan mendorong dirinya kebelakang karena ketakutan.
"Singkirkan dia dari aku Darren!! Jika tidak aku akan…"
"Akan apa? Katakan akan apa? Hahaha" Darren habis-habisan mengerjau Rey dengan mendekatkan anjing itu kepada Rey.
Saat itu tiba-tiba Rey merasakan kepalanya berat, dia meihat beberapa bayangan acak yang ada di kepalanya. Dia mencoba untuk menyusun dan memperjels satu-persatu dan…