Kematian kedua orang tua Rey menjadi tamparan hidup besar bagi Rey. Ya, sekitar lima tahun lalu Rey kehilangan dua orang yang memiliki hubungan love-hate relationship dengannya.
Sejak dulu, jika bisa memilih untuk tidak dilahirkan Rey memilih untuk tidak dilahirkan. Rey juga memiliki keinginan untuk meninggalkan dunia terlebih dahulu sebelum kedua orang tuanya. Semudah itu menghilangkan beban dunia bagi dirinya bahkan orang tuanya.
Kesedihan yang teamat dalam bukan hanya meresa kehilangan, tapi Rey belum sempat menjadi dirinya sendiri sebelum kedua orang tuanya pergi.
Rey hanya bisa berharap orangtuanya akan senang dengan apa yang Rey pilih kedepannya.
Rey yang baru mendengar kabar kehilangan kedua orang tuanya akibat kecelakaan membuat harinya begitu gelap. Seketika udara terasa sangat dingin, kakinya melemas, pandangannya hanya melihat orang berlalu lalang.
Rey merasa tidak kuat menyangga badannya, ponsel yang tadi di telinganya sudah terjatuh sedari tadi.
Beberapa menit berlalu, Rey yang sudah berhasil menguatkan dirinya, mulai bangkit dan menerjang orang-orang yang sedang berlalu lalang.
Rey berjalan mencari kendaraan umum untuk membawanya ke pemakaman kedua orang tuanya. Lokasinya cukup jauh karena berasa di luar kota butuh sekitar dua sampai tiga jam.
Rey yang ling-lung berjalan mendekati mobil yang terparkir di pinggir jalan. Entah pikiran apa yang membawa Rey pada kesimpulan bahwa itu adalah mobil taksi hingga Rey masuk dan duduk sebagai penumpang.
Dengan nada datar Rey menyuruh orang yang ada di kemudi untu mengantarnya,
"Antarkan saya ke pemakaman di kota Southreach"
Si pengemudi yang sedang mendapatkan masalah besar, terkaget dengan Rey yang tiba-tiba masuk kedalam mobilnya dan memintanya untuk mengantarkan Rey.
"Apa?", Jawab supir tersebut. Suaranya lebih nyaring untuk kebanyakan supir taksi yang didominasi oleh laki-laki. Tapi Rey mengabaikannya.
"Antarkan aku ke pemakaman di kota Southreach" Ulang Rey
"Iya aku tahu itu akan menghabiskan waktumu, aku janji aku akan membayarnya sesuai yang kamu mau, apapun itu" Tambah Rey
Supir tersebut lantas menyerengitkan dahinya dan tidak percaya dengan permintaan penumpang tidak diundangnya.
"Whuah, yang benar saja! Aku buk.." Belum habis Ia berbicara Rey sudah memotongnya.
"Apa perlu aku yang mengemudinya? Bagaimana bisa seorang pengemudi tidak melayani penumpangnya dengan baik!" Omelnya.
"Kau bahkan mengatakan sesuatu yang aneh, kau bahkan, aku tidak mengenalmu!" Balas si supir.
"Tidak bisa kah kau tidak mengajakku berdebat? Aku tidak tau dan tidak mau tau siapa kau, sebagai seorang supir, cukup jalankan saja perintah penumpang." Ujar Rey
"Lagipula aku akan menghadiri pemakaman kedua orang tuaku. Aku akan membayarmu berapapun, Cepat jalan!" Tambahnya.
Supir yang mendengar hal tersebut lantas merasa bersalah dan membuatnya merenung beberapa saat. Si supir yang merasa tidak enak merasa canggung dan bingung terhadap perasaannya.
"Tak usah merasa kasihan kepadaku, tak perlu! Yang bisa kau lakukan hanyalah menyalakan mobilmu dan mengantarkanku kesana"
Perkataan Rey memecah kesunyian dan pikiran si supir. Lalu si supir menyalakan dan mengantarkan Rey ke tempat yang akan dia tuju.
…
Darren merasa hari inisangat berat baginya. Mala mini dia menghabiskan malamnya di Club. Dia berhasil membuat dirinya menjadi setengah sadar.
"Ccciiitttttt!!!" Dencitan rem mobil Darren yang tengah menghindari dia dari kecelakaan yang hampir menimpanya.
Kekalutan, dan kesetengah sadarannya membuatnya merasa buruk. Dia memutuskan untuk menepi dan menenangkan diri sejenak.
Darren memiliki kehidupan yang berbeda dengan Rey, sejak kecil ia sudah mengalami kekerasan fisik dari Ayahnya. Hidupnya bak roller coaster sejak dia masih belum paham bagaimana mengendrainya.
Perceraian kedua orang tuanya saat ia remaja menjadi tamparan terbesar bagi hidupnya. Lalu ia tinggal bersama pamannya yang juga memiliki gangguan mental, sehingga ada masanya dia menerima perpuatan abusive dari pamannya.
Sekarang dia sudah merasa sedikit lepas dari kehidupannya yang gelap. Tapi, sampai di umurnya yang sudah setengah abad ini dia masih merasa dunia sangat tidak adil dengannya.
Darren memiliki seorang adik yang sangat dia sayangi, adik yang seperti anaknya sekarang sudah berumur tujuh tahun. Adiknya didapat dari pernikahan Ibunya yang kedua.
Hari ini tepat tiga hari Ibunya meninggalkan Darren dan adiknya. Darren tidak bisa menghubungi ibunya yang entah dimana. Entahlah, Darren hanya bisa berharap untuk tidak melihatnya lagi.
Darren sangat marah, Darren baru saja merasakan kenyamanan hidupnya setelah bertahun-tahun mengalami tekanan mental dan fisik.
Setelah lulus sekolah sekitar tujuh lalu Darren berhasil keluar dari belenggu masa kelamnya. Ia merantau ke kota Arrizon dan mampu untuk mencukupi dirinya sendiri dengan bekerja apapun itu.
Pertemuannya dengan ibunya membawa kenangan buruknya kembali, namun ia mencoba yang terbaik untuk menjadi anak yang baik.
Dia melihat anak kecil yang dibawa ibunya dengan iba, karena ia mengingat dirinya saat masih seumuran dengannya.
"Dia adalah adikmu" Kata Ibu Darren
Darren cukup kaget dengan ini, namun ia tidak menunjukan di hadapan Ibunya. Ia sudah lebih menduganya diawal. Entah apa intensi ibunya membawa anak ini dan dirinya menemui Darren yang sudah berhasil mencukupi dirinya.
Darren tidak menyangka bahwa ini akan terjadi padanya. Darren merasa ia sangat bodoh!
Ibunya melakukan hal yang sama dengan dirinya dahulu. Ia ingat betul bagaimana ibunya meninggalkannya dengan pamannya yang gila itu.
"Krriinggg!"
Bunyi ponsel genggamnya membuyarkan lamunannya.
"Hallo, kaka Darren belum pulang?" Tanya seorang anak kecil di ujung telepon.
"Cecil terbangun? Malam ini cecil ditemani suster dulu ya… Sepertinya kak Darren harus tidur di kantor hari ini" Bujuk Darren.
Tak lama, percakapan telepon mereka pun berakhir.
"SIALL!!!", Darren memaki dan memukul-mukulkan angan dan kepalanya di setir mobilnya.
Ia mereasa cukup buruk, Ia marah kepada ibunya, tapi Cecil dia anak yang sangat malang.
Darren sangat frustasi dengan permasalahan yang ia alami ini. Dia lebih terombang-ambing dan berada dalam posisi yang amat bingung.
Ditengah ia merenungi kehidupannya, ia mendengar pintu mobil bagian belakangnya dibuka oleh seorang laki-laki tidak tahu diri yang mengira dirinya adalah supir taksi.
"Antarkan saya ke pemakaman di kota Southreach", Kata pemuda tersebut.
Darren sangat tidak mengerti apa maksudnya, namun setelah mendengarkan penjelasan singkat dari pemuda itu, Darren yang sangat membenci kedua orang tuanya, justru merasa tersentuh.
Entah sihir apa yang merasuki Darren sehingga ia berhasil menuruti pemuda dibelakangnya. Mungkin ini karna ia masih cukup mabuk.
Tapi ia mulai menyalakan mesin dan menjalankan mobilnya ke tempat yang hendak dituju oleh pemuda ini.
…
Ditengah perjalanan, Rey merasa bahwa kendaraan yang ia naiki dikemudi oleh orang yang tidak sepenuhnya sadar, karena beberapa kali ia hampir mendapati dirinya terombang-ambing.
"Stop! Labih baik kau menepi di depan!" Perintah Rey.
"Ini masih setenagh ja.." Belum habis Darren menjelaskan, Rey memotongnya.
"Aku bilang berhenti ya berhenti!" Perintah Rey dengan nada sedikit meninggi.
Darren segera meminggirkan mobilnya. Dia juga malas berdebat dan kepalanya mulai berat. Reypun membuka pintu dan membuka pintu kemudi.
"Bagaimana bisa seorang supir mengemudi dengan kondisi mabuk, pindahlah ke belakang, aku akan membawa mobilmu!" marah Rey.
Darren lantas menolehkan kepalanya kearah Rey dan tertawa kecil.
"Kau bahkan tidak berhenti memerintahku! Kau…"
Lagi-lagi, belum habis Darren mengomelinya, Rey mengangkatnya dan memindahkannya ke bagian belakang mobilnya.
Rey sekarang berhasil mengemudikan mobilnya, dia melihat dari spion tengahnya bahwa perenpuan yang tengah tertidur di bagian belakang terlihat sangat buruk.
"Mengapa kau melihatiku seperti itu! Aku tidak seburuk dirimu" Kata Darren
Itu mengagetkan Rey, dan mencoba pura-pura tidak tau dan kembali fokus dengan kemudinya.
"Kau berkata bahwa kau akan membayarku dengan apapun itu kan?" Tanya Darren kembali memecah fokus Rey.
"Akan kupertimbangkan, karna aku yang mengemudi saat ini" Ucap Rey.
"Tidak konsisten!" Ejek Darren.
"Bahkan keputusan mengemudi adalah atas keputusanmu sendiri bukan?" Lanjut Darren.
Rey cukup kesal dengan perkataan wanita yang baru ia temui itu.
"Baiklah, Aku akan menyetujuinya!" jawab Rey degan nada malas.
Darrenpun tengah memikirkan apa yang hendak ia minta sebagai bayaran untuknya dan untuk mobil yang disewa oleh Rey. Darren yang tidak ingin kesempatan ini sia-sia, memikirkan ini dengn baik.
Sejak dahulu Darren selalu dihadapkan oleh pilihan yang terbatas, ia merasa senang bahwa ia akan mendapatkan pilihan yang tak terbatas, namun ia harus menggunakannya sebaik mungkin.
Darren yang terlarut dalam pikirannya membuat mata dan pikiranya semakin berat.
"Aku ingin kau …" Belum sempat melanjutkan, Darren terlelap.
Rey yang melihatnya dari spion tengah hanya bisa menggelengkan kepala dan tersenyum asam.