Aku karina, anak pertama dengan 4 adik. Ibuku menuntutku menjadi anak yang sempurna bagi keempat adiku dan keluarga ku. Aku sering kali mendapat perlakuan kasar dari ibuku. Adikupun memperlakukan aku seperti kakak yang tak berguna.
"assalamualaikum!." Beri salamku saat ku pulang dari tempat kerja.
"Wa'alaikum salam." ibuku pun menjawab.
Aku menuju kamar untuk beristirahat sebentar.
"Mau mandi jam berapa?" Ibuku berteriak.
"Tunggu sebentar lagi."
Badanku cukup lelah saat itu, benar benar lelah, beberapa lama kemudian ibuku memarahiku, Cukup lama.
Aku disebuah perusahaan retail, jam kerjaku tidak ada batasnya. Setiap aku pulang dari kantor ibuku selalu marah, ntah apa yang. membuatnya selalu seperti itu.
Suatu hari aku berangkat kerja dengan motorku. Aku benar benar lelah saat itu sampai akhirnya aku mengalami kecelakaan. Aku tertabrak mobil hingga aku terpental cukup jauh. Pada saat itu aku setengah sadar sampai warga didaerah sekitar menggotongku kepinggir jalan.
"Aduh pak sakit pelan pelan pak angkatnya." keluh ku kesakitan.
kemudian aku dibawa kerumah sakit oleh warga sekitar dengan mobil. Akupun tersadar sepenuhnya saat diangkat ke dalam mobil
"Pak kaki saya sakit pak!!, sepertinya tulang pahaku patah pak!."
Kecelakaanku membuat motorku rusak berat, dan benar saja aku mengalami patah tulang dibagian pahaku. Sesampainya dirumah sakit aku langsung diperiksa dan di rontgen. Aku melihat hasil rontgenku, aku bingung harus bersikap bagaimana. Akhirnya aku menelpon adikku memberi tahu bahwa aku mengalami kecelakaan.
Tuuut..... Tuuut... Tuuut.....
"Assalamualaikum van."
"Wa'alaikum salam kak kenapa?."
"Kakak kecelakaan van, didekat tempat kerja!."
"Astagfirullah kak kok bisa?." Tanya vanya panik.
"Kakak kecapean van, bawa motor gak fokus jadi nabrak mobil."
"Terus kakak gimana?."
"Kata dokternya tulang paha kaka patah van!."
"yaudah aku kesana coba share lok kak."
Vanya adiku paling kecil, berbeda 10 tahun dengan ku. Aku hanya nyaman bercerita dengannya saja.
Beberapa jam kemudian Vanya dan ibuku akhirnya datang. Saat itu aku melihat ibuku menangis karena kondisiku.
"Ibu orang tua dari karina?."dokter
Menghampiri ibuku.
"ada yang mau saya bicarakan bu."
"ada apa ya dok?." Ibuku heran
"begini bu, dikarenakan kondisi kaki anak ibu patah. Saya menyarankan anak ibu dioperasi!."
"kira kira biayanya biayanya berapa ya dok?."
"sekitar 80jt rupiah bu."
ibuku shock mendengar biaya yang diucapkan dokter tersebut. Ibuku membicarakan hal ini dengan ku.
Akhirnya kami memutuskan untuk tidak operasi, kami pun langsung pergi ke pengobatan alternatif yang biayanya lebih terjangkau.
Setelah sesampainya didepan gang rumah, kami kebingungan karena mobil yang kami naiki tak dapat masuk kedepan rumah kami. Dikarenakan aku belum bisa berjalan, akhirnya ibuku berinisiatif untuk mengambil gerobak yang ada di sekitar. Akupun dibawanya dengan gerobak sampai depan rumah, lalu dibopong oleh pak security ke dalam kamar.
Kemudian aku menghubungi pacarku via chat, memberitahunya bahwa aku kecelakaan.
" Yang, aku tadi kecelakan!" Kukirimkan foto keadaan kakiku.
Tak lama setelah ku mengirimkan pesan ia pun langsung video call
Kriiiing kriiiing kriiiiing
"Astagfirullah yang kok bisa kamu kecelakaan gitu?, terus dimana kejadiannya?, kamu dimana sekarang?."
" Aku udah dirumah yang, kamu gak usah panik gitu."
"Gimana aku gak panik, mana aku lagi dikantor sekarang."
"Yaudah aku gak apa apa kok."
"Gak apa apa gimana!, kaki kamu diperban gitu, yaudah kamu mau makan apa?,nanti aku pulang mampir kerumah kamu."
"Terserah kamu aja."
"Kan kamu yang mau makan yang, yaudah aku beliin ayam bakar ya mau?."
"Jangan yang, kata tukang urutnya aku gak boleh makan ayam."
"Yaudah bubur tanpa ayam ya!."
"Aku gak suka bubur."
"Tadi katanya terserah, okeh aku gak akan tanya biar aku bawain aja." kesalnya.
"Yaudah iya."
"Yaudah aku mau lanjut kerja, kamu istirahat ya yang."
"Ya yang, semangat kerjanya."
"Assalamualaikum."
"wa'alaikum salam."
Beberapa jam kemudian Damian pun datang membawa makanan yang diperdebatkan tadi.
"Assalamualaikum." Masuk sambil terburu buru.
"Wa'alaikum salam." Ibuku menjawab salamnya.
"Karina dimana bu?."
"Ada dikamar, masuk aja."
"Ya bu Damian ke kamar karina dulu."
Damian pun masuk kekamarku langsung memelukku dengan erat.
"Kamu kenapa seceroboh ini, aku khawatir setengah mati ditambah lagi aku liat kondisi kamu kaya gini!."
"Maaf, aku benar benar hilang konsentrasi karena ngantuk."
Damian memelukku semakin erat.
"Yang, aku gak bisa napas ini. Lepasin. Uhuk uhuk."
"Gak mau, aku pingin peluk kamu terus."
"ya tapi aku gak bisa napas ini yang."
Aku berusaha melepas pelukannya karena terlalu sesak, dan akhirnya terlepas.
" ih aku gak bisa napas yang."
" emang kamu gak mau aku peluk?."
" ya tapi gak sekenceng itu yang!, aku sampe gak bisa napas.!"
" iya maaf maaf." Sambil cubit pipiku.
" jadi kamu bawanya apa?." Tanyaku penasaran makanan yang diperdebatkan.
" Aku bawa bakso super pedes kesukaan kamu." ujarnya sambil menunjukan makanan yang dibawanya
" aku ambil piring dulu ya sebentar." katanya.
" oke."
Aku menikmati bakso yang Damian bawakan untuk ku sambil berbincang bincang tentang rencana Kami.
Satu bulan berlalu, ketidakberuntunganku pun dimulai.
Pagi ini aku mendapatakan pesan dari atasanku.
"Karina apa kamu sudah bisa berjalan?."
"Belum pak kondisi saya belum membaik pak."
"Baik, ini kebijakan perusahaan. Saat ini kamu bisa bekerja dari rumah, tapi jika 3 bulan kamu belum bisa masuk kekantor, terpaksa kamu kami resignkan." jelasnya
"Baik pak saya usahakan agar cepat pulih."
Aku agak shock mendengar pemberitahuan tersebut. Aku berfikir apakah aku bisa berjalan dalam waktu sesingkat itu?? apakah aku bisa bekerja dalam waktu sesingkat itu?. Aku berfikir dan terus berfikir.
Beberapa minggu kemudian ada 2 orang laki laki berbadan besar datang kerumah. Ternyata itu adalah rentenir, mereka bilang bahwa adiku yang bernama july mempunyai hutang.