Chereads / JUST / Chapter 2 - HURTS

Chapter 2 - HURTS

Tak pernah habis pikir dengan adikku yang satu ini. Mengapa ia sering sekali membuat masalah. Sejujurnya aku sudah cukup muak dengan tingkah lakunya, tetapi aku tidak bisa berbuat banyak

"Apa benar ini rumah ibu july?." Tanya rentenir berbadan besar itu.

"Ibu siapanya?, Apa ibu julynya ada dirumah?."

"Saya ibunya july, ada apa bapak mencari anak saya july?."

"Anak ibu meminjam uang dari aplikasi sebesar 10 juta, asal ibu tau!." Ujarnya dengan nada tinggi.

"July sudah beberapa bulan belum pulang kerumah." ucapnya.

"Jadi siapa yang mau bayar Utang dia, saya sudah cari kemana mana tapi dia gak ada. dia mau kabur dari kita ya!!."

" Atau mau rumah ibu saya obrak abrik?." saut teman rentenir itu.

" Kasih kita waktu pak untuk cari uangnya, karena anak saya juga baru saja kecelakaan."

" saya gak peduli mau anak ibu kecelakaan kek, mau anak ibu sekarat kek saya gak peduli. Bayar saja hutang anak ibu."

"baik kasih saya waktu untuk cari uangnya." ujar ibuku

"Seminggu lagi saya akan datang, uangnya harus sudah ada, ngerti!!!."

"baik pak saya usahakan."

Dengan raut wajah yang muram ibuku melanjutkan pekerjaan rumah.

setelah selesai, ibuku langsung kekamarku.

"Tadi ada siapa ma?." tanyaku

"Kamu ada uang 10juta gak?." tanya

Ibuku kepadaku

"Gak ada mah, uang sebanyak itu buat apa?. Tanyaku penasaran.

"Yang tadi dateng itu rentenir, mereka nagih utang."

"Utang??, mama punya utang sama rentenir?."

"Bukan mama, Tapi july. Dia pake aplikasi pinjam uang."

"Tapi uang yang dia pinjem untuk apa?, kenapa dia pinjem diaplikasi?, pinjem di aplikasi bunganya kan gede!."

"Ya coba kamu pinjem ketemen kamu kek kemana kek."

"Pinjem uang sebesar itu?, apa ada yang mau kasih pinjem?."

"YA COBA DULU KEK, YA KEMANA KEK ,KEPACAR KAMU KEK PINJEMNYA." Ujar ibuku dengan nada keras.

Aku menghubungi Damian dan mencoba meminjam uang darinya.

"Yang aku boleh ngomong sesuatu?, Tapi kamu jangan marah ya!."

"Kamu mau ngomong apa memangnya?."

"Aku boleh pinjem uang gak sama kamu?."

"untuk apa? tiap bulan kan aku kasih uang jajan buat kamu!."

"Ya tapi kamu jangan marah sama aku!."

"ya aku gak akan marah, emang uangnya buat apa hmm?."

"Kemaren ada dua rentenir dateng kerumah, katanya july pinjem uang ke mereka."

"Terus julynya kemana?."

"Kamu kan tau udah beberapa bulan ini dia gak pulang."

"aku gak ngerti sama ade kamu yang satu ini, hobinya cari masalah aja. Yang repot kamu jadinya."

"Aku juga kaget pas mama ngomong kaya gitu."

"aku gak ada uang sebanyak itu kalo sekarang, kamu aja gak berobat kan udah sebulan ini. Uang jajan yang aku kasih kekamu pun bukan kamu yang pake." ujar Damian dengan kesal

"ya maaf."

"Kamu belum juga berobatkan?."

"ya belum."

"saran aku kemarin belum dijalanin kan?."

"aku gak mau jual motor itu buat berobat, aku mau betulin motor itu kalau sudah sembuh nanti motor juga baru aku lunasi." jelasku.

"Terserah kamu aja gimananya, yang jelas aku gak ada uang sebesar itu. Gaji aku juga gak sampe segitu."terangnya.

"ya, yaudah lanjut kerjanya assalamu'alaikum."

"walaikum salam."

Kamipun mengakhiri obrolan kami. Hari hari pun berlalu, aku belum juga mendapatkan pinjaman uang tersebut. Waktu untuk membayar hutangpun tak banyak. July pun akhirnya pulang kerumah.

"Kemana aja kamu, itu ada rentenir dateng. Kamu berhutang sebanyak itu buat apa?." Ujar ibuku dengan kesal

"Nanti juga aku bayar!." balasnya dengan nada lebih tinggi.

"Nanti!! kapan? Beberapa hari lagi orangnya akan kesini lagi!."

"ya aku belum ada uang!."

"Gak tau ah, dibilang nanti akan dibayar."

Ibu dan july bertengkar hebat karena hal ini. Aku benar benar tak habis pikir dengan ulah july. Kondisi keuangan kami sedang benar benar down ditambah kondisi ku seperti ini. Waktu semakin dekat kamipun harus pinjam uang kemana, dan tiba tiba...

"Bpkp motor kamu mana? Sini mama mau gadein!."

"Ma.. motor itu baru lunas ma!."

"Motor udah hancur begitu."

"Ya nanti mau di betulin kalo udah sembuh!."

"Uang dari mana mau betulin motor itu?, mending di gadein buat bayar hutang july. Sudah mepet waktunya!."

"Jangan ma.. damian kemaren suruh kakak jual motor itu buat berobat tapi kakak gak mau."

"Udah mana sini bpkbnya, ini lebih penting."

"Jangan ma.."

"MANA SINI BPKBNYA, KAMU TARO MANA BPKBNYA!!!!." Ujar ibuku dengan nada tinggi.

Dengan rasa sesal aku memberikan bpkb motor yang baru aku lunasi beberapa waktu lalu. Aku benar benar sedih, kesal, marah mengapa ibuku lebih mengutamakan dia. Apa aku tak punya hak atas itu?, apa aku salah jika aku kesal dan marah?, apa aku egois? Mengapa ibuku terpikir membayar hutang adiku dengan menggadai motorku, tetapi tidak terpikir menjual motor itu untuk pengobatanku. Aku berpikir bahwa aku bukanlah prioritas utamanya. Bahkan aku pernah berpikir bahwa aku bukanlah anaknya karena perlakuannya selama ini. Belum selesai sampe disitu, setelah ibuku menggadaikan motorku, ibuku menjual motor itu dikarenakan uang yang didapat dari gadai motor belum cukup melunasi hutang july.

Setelah kejadian ini hidup kami serba kekurangan. Ibuku harus pinjam kesana kemari hanya untuk makan. Uang jajan yang Damian berikan ditambah gajiku tidak cukup untuk  kehidupan sehari hari. Waktu pun berlalu begitu cepat sampai akhirnya, batas waktu yang diberikan perusahaan kepadaku.

"Karina, bagaimana kabar kamu?, apa kamu sudah bisa bekerja dikantor lagi?." Ujar pimpinan via chatting.

"Maaf pak jamal, saya belum bisa masuk kerja."

"Kau ingat kan perjanjian yang waktu lalu saya beritahu."

"Ingat pak."

"mohon maaf Karina saya terpaksa meresignkan kamu, karna itu sudah peraturan kantor."

"Baik pak, terima kasih sebelumnya pak."

Hari hari begitu berat ku jalani, dengan masalah yang sili berganti. Apakah ini membuatku hancur? ataukah akan membuatku menjadi sosok yang kuat?. Tuhan jika memang ini jalanku, bimbing lah aku, Kuatkanlah aku, jangan sampai aku terjatuh dan terpuruk terlalu dalam, genggamlah tanganku ini. Agar aku bisa menjalani dengan baik hidupku ini.

Aku memberitahu ibuku dan Damian bahwa aku sudah diresignkan dari tempat kerjaku. Aku benar benar bingung bagaimana aku harus menghidupi keluargaku.

"Yang, aku diresignin dari kerjaanku?."

"Yang sabar, mungkin nanti kamu dapet kerjaan yang jauh lebih baik nanti kalau sudah sembuh!"

"Ya yang."

"Gimana masalah july sudah selesai?."

"Mama gade motorku."

"Memang bisa digade?, kondisi udah parah gitu motornya!."

"Bisa tapi gak banyak dapetnya!."

"Sisanya gimana?."

"Motornya dijual."

"Jadi motornya digade plus dijual?."

"Ya."

"nanti bayar cicilan gadenya gimana?."

"Mama ada uang pensiunan tiap bulan."

"iya tapi mana cukup buat kebutuhan sehari hari kalo gitu."

"Mau gimana lagi."

"adik adik kamu suruh cari kerja lah, mereka udah pada dewasa. Mereka mau bergantung sama siapa lagi?.kondisi kamu kaya gitu."

"aku udah pernah coba ngomong gitu ke mama, tapi yang ada aku malah dibentak."

"mama kamu terlalu manjain adik adik kamu, sampe mereka kaya gitu."

"aku serba salah yang, gak kasih tau mamaku kondisi makin sulit. Kadih tau mamaku aku yang dimarahi."

"Tau ah, kamunya juga begitu.Terserah."

Hari demi hari damian dan aku selalu saja bertengkar. Terkadang hal kecil bisa jadi pemicu pertengkaran kami.