Di sisi lain.
Eliza mengangguk lalu berkata kepada Sheila dan Hardiem. "Aku tidak habis pikir dengan Daniel. Dia benar-benar sudah kehilangan akalnya. A-aku benar-benar takut ... Tolong jangan tinggalkan aku, Daniel."
"Tenanglah sekarang aku ada di sini bersamamu. Ayo kubantu," sahut Daniel sambil membantu Eliza bangun. Lalu mereka menuju ke kamar.
Daniel merebahkan tubuh Sheila tapi, dengan cepat ia bangkit kembali sampai membuat Eliza heran.
"Loh? Bukankah lebih baik istirahat apalagi kamu habis menangis? Tidurlah supaya pikiranmu lebih tenang. Aku ada di sini menunggu," ungkap Daniel begitu perhatian.
"Aku tidak ingin tidur, Daniel. Pikiranku tidak tenang jadi aku tidak bisa tidur. Bolehkah kalau aku curhat?"
"Tentu saja boleh. Lagipula aku tidak melarang mu.
Eliza menghembuskan nafasnya. Kemudian ia berpindah tempat mendekati jendela kamarnya. Memandang jauh kedepan sambil menatap sebuah harapan yang telah sirna.