"Baiklah kan ayah sesungguhnya perasaanku ini masih utuh untukmu."
Kalimat pertama itu menarik perhatian kan ayah, yang tadinya Iya tidak tertarik untuk mendengarkannya dengan cara saksama tetapi kali ini perempuan itu memasang kupingnya lebar-lebar agar dapat mendengar dengan jelas semua penjelasan Gibran kepadanya.