Rio meminggirkan mobilnya di pinggir jalan, laki-laki itu masih dibuat tidak mengerti dengan keadaan yang membawanya di depan rumah Rania. Tentu saja hal itu menjadi sebuah teka-teki yang harus dipecahkan, Rio masih terdiam berpikir. Kini ia tak tahu harus meminta bantuan kepada siapa sementara tidak ada yang mengetahui hal tersebut selain Tuhan dan dirinya. Rasanya Rio butuh tempat curhat dan solusi, tetapi laki-laki itu bingung harus meminta bantuan kepada siapa.
Rio masih berpikir keras berharap hal itu dapat memberi jalan, karena merasa sangat pusing laki-laki itu memegang kepalanya dengan jari jempol dan telunjuk. Siapapun yang melihat itu pasti akan menduga hal yang sama, kalau laki-laki itu Tengah frustasi.
"Aku harus apa?" Gumam laki laki itu pada dirinya sendiri.