Chereads / Reinkarnasi Kaisar Dewa Agung Surgawi / Chapter 2 - Ch 1 – Rio Absolu De La Lumiere

Chapter 2 - Ch 1 – Rio Absolu De La Lumiere

2 bulan telah berlalu sejak Sang Kaisar Dewa Agung Surgawi, Zero berhasil bereinkarnasi dan terlahir kembali menjadi seorang bayi manusia.

Sebagai seorang bayi kecil yang lucu dan tampak tak berdaya, selama ini dia hanya bisa terus berbaring di atas ranjang bayi yang lembut dan empuk.

Pada awalnya, dia berpikir bahwa dia masih dapat menggunakan kekuatannya sebagai Kaisar Dewa Agung Surgawi dalam tubuh barunya setelah dilahirkan kembali. Namun ternyata, ketika dia mencoba berbagai macam kekuatan yang seharusnya dia bisa kerahkan, tak ada apapun yang keluar.

Bukan berarti dia tidak bisa mengeluarkannya, hanya saja tubuhnya masih belum cukup kuat untuk bisa menghasilkan kekuatan yang dia inginkan.

"Hmm, jadi meski tubuh ini sekarang memiliki tingkat jiwa ranah Kaisar Dewa Agung Surgawi, tubuh ini masih harus dilatih dengan keras dari Nol hingga cukup kuat untuk dapat dengan bebas menghasilkan kekuatan yang kuinginkan, ya."

Zero mendesah kecil, tampak sedikit kecewa. Namun itu hanya sesaat, dan dia segera tersenyum dengan penuh semangat,

"Yah, meski itu memang merepotkan, bukan berarti mulai berlatih dari Nol itu tidak akan menyenangkan. Justru dengan itu aku bisa melakukan berbagai hal yang berbeda, dan mungkin aku bisa mencapai hasil yang melampaui prestasiku dikehidupanku yang sebelumnya."

Tapi sebelum bisa melakukan semua itu, dia harus dapat menyelesaikan masalah terbesar yang dimilikinya saat itu, salah satunya adalah tubuhnya yang tidak memiliki kekuatan Magis. Tanpa kekuatan Magis, dia tidak akan bisa menggunakan sihir seperti orang-orang pada umumnya.

Selain itu, dia juga memiliki fisik tubuh yang sangat lemah. Dia terlahir dengan fisik yang jauh lebih lemah dari bayi pada umumnya, sehingga dia merasa sangat lemah bahkan ketika dia hanya menggerakkan jari-jarinya …

"Yah, mungkin ini wajar karena sekarang aku hanya seorang bayi yang baru berusia 2 bulan?" Dia sendiri bertanya-tanya.

Dia kembali mengingat sebuah percakapan yang dia dengar setelah beberapa hari kelahirannya. Itu adalah percakapan antara orang tuanya dan Dokter yang mambantu persalinan ibunya.

Saat itu, Dokter memfonisnya sebagai orang cacat. Meski baru lahir, dia disebut sebagai seorang Fallen yang memiliki arti kejatuhan atau kegagalan dalam bahasa umum dunia ini. Itu karena setelah Dokter memeriksanya, ternyata Zero tidak memiliki sedikitpun kekuatan Magis dalam tubuhnya. Selain itu, fisiknya lebih lemah dari bayi pada umumnya.

Sebelumnya, Dokter itu sedih dan menyayangkan keadaan si bayi yang tak bernapas setelah dilahirkan, lalu senang dan takjub ketika bayi itu kembali bernapas dan mulai menangis. Namun setelah mengetahui kondisi yang dimilikinya, Dokter itu malah berpikir bahwa lebih baik jika bayi itu mati saja.

Dia bukannya jahat, hanya saja dia memiliki alasan yang sedikit masuk akal …

Di dunia ini, mereka yang tak memiliki kekuatan Magis akan sulit untuk bertahan. Kebanyakan orang yang terlahir tanpa kekuatan Magis akan sulit menjalani kehidupan normal, karena meski dunia ini dipenuhi oleh teknologi modern, semua teknologi itu memerlukan kekuatan Magis untuk dapat digunakan.

Selain itu, para bangsawan adalah orang-orang yang memiliki kebanggaan dan harga diri yang tinggi. Sebagian besar dari mereka membenci dan merendahkan para Fallen (orang-orang yang tak memiliki kekuatan Magis). Tidak hanya para bangsawan, bahkan banyak juga penduduk biasa yang memandang rendah para Fallen.

Di masyarakat, status seorang Fallen adalah yang terendah setelah Budak. Bahkan di beberapa negara, para Fallen diseterakan atau bahkan dianggap lebih rendah dari Budak. Oleh sebab itu, kebanyakan Fallen hidup menderita. Terutama Fallen yang lahir dalam keluarga Bangsawan. Biasanya, mereka akan langsung dibuang begitu diketahui bahwa mereka adalah seorang Fallen. Karena keberadaan Fallen dalam keluarga Bangsawan dianggap sebagai aib dan kutukan serta mencoreng nama baik keluarga.

Dengan hanya memiliki kekuatan Magis yang rendah saja, seseorang akan direndahkan dan dianggap sebagai pecundang. Apalagi mereka yang tidak memiliki kekuatan Magis, mereka sudah dianggap sebagai orang yang tidak berguna atau sampah.

Dengan kenyataan itu saja, Zero sudah diperkirakan memiliki masa depan yang kelam. Sekarang ditambah dengan fisiknya yang sangat lemah, itu menjadi jauh lebih buruk lagi.

Dengan semua kondisi itu, Dokter merasa sangat kasihan padanya. Dia sudah menilai bahwa Zero tidak akan memiliki masa depan yang cerah. Jadi karena itulah dia berpikir, "Daripada anak itu hidup menderita nantinya, mungkin lebih baik sebelumnya dia tidak selamat!"

Setelah mendengar kondisinya, Ibunya tampak sangat sedih. Terutama Ayahnya, dia terlihat sangat terpukul dan tidak percaya. Seolah kehilangan jiwanya, ayahnya hanya menatap kosong ke bawah.

Zero ingat semua itu dengan sangat jelas, terutama ekspresi kedua orang tuanya saat itu.

"Mereka terlalu mendramatisir!" Pikirnya.

Saat ini, dia sedang berada di atas ranjang bayi di kamarnya dan di awasi oleh seorang pelayan wanita yang merupakan pengurusnya. Pelayan wanita itu berambut hitam dan memiliki wajah yang cukup cantik, namun Zero langsung menyadari keanehan dalam sikap pelayan itu. Saat pertama kali melihatnya, dia langsung tahu bahwa pelayan itu bukan orang yang baik.

Sebelumnya, ibunya lah yang selalu mengurusnya. Namun beberapa hari yang lalu, tiba-tiba saja pelayan wanita itu datang dan menggantikan ibunya. Dalam kasus normal, Zero tidak akan mempermasalahkannya. Namun dalam kasusnya sekarang, Zero tidak bisa mentolerir keberadaan si pelayan wanita itu.

Karena meskipun pelayan itu ditugaskan untuk mengurusnya, setiap kali pelayan itu melihat bahwa tidak ada yang mengawasinya, dia akan bersikap malas dan meninggalkan pekerjaannya. Dia sengaja melalaikan tugasnya dan malah melakukan hal-hal yang lebih buruk.

Setiap kali dia melihat Zero, tatapannya berisi rasa jijik, seolah melihat sampah dan muak melihatnya.

"Hei, itu kasar!" pikir Zero.

Hanya dengan melihat sikapnya saja, Zero bisa langsung mengerti bahwa pelayan itu tampaknya telah mengetahui kondisi tubuhnya. Mungkin tidak hanya pelayan ini saja, ada kemungkinan besar bahwa semua orang di Istana sudah mengetahuinya juga.

Zero sebenarnya adalah Pangeran, lebih tepatnya Pangeran ketiga. Dia lahir dari seorang selir Raja, rumahnya adalah Istana dan kerajaan tempat kelahirannya ini disebut Kerajaan Cahaya.

Meski statusnya adalah seorang Pangeran, namun pelayan wanita itu berani bersikap kasar dan tidak sopan kepadanya. Setiap kali dia bosan dan menyadari bahwa tidak ada siapapun disekitarnya, dia bahkan sering berkata dengan kejam pada Zero yang masih bayi …

"Aku heran, kenapa Raja tidak membuang mu? Kau tidak memiliki kekuatan Magis, dan kau juga memiliki tubuh yang sangat lemah. Kau cacat, tapi dia masih mempertahankan mu? Sungguh tidak bisa dipercaya! Jika itu aku, aku pasti akan langsung membuang mu!... aah, tidak-tidak-tidak, mungkin aku akan membunuhmu! Hahaha, lagipula kau tidak akan memiliki masa depan yang cerah, jadi lebih baik kau mati saja, bukan?"

"Tapi, yah … wajar saja kau terlahir cacat. Lagipula yang melahirkan mu adalah si wanita jalang sialan itu! Padahal hanya seorang rakyat jelata, tapi dia selalu mendapatkan perhatian penuh dari Raja. Sekarang lihat! Dia hanya melahirkan anak yang tidak berguna. Seperti yang diharapkan dari rakyat jelata, seorang sampah melahirkan sampah yang lebih buruk! Pfft, aku hanya bisa tertawa, Hahahahaha …!"

Dia terus berceloteh di depan Zero.

"Tapi aku heran padanya! Kenapa meski dia sadar bahwa anaknya hanyalah seorang sampah, dia masih saja mau mengurusnya? Apa dia sudah gila? Atau dia masih memiliki harapan?"

"Tak peduli berapa kali pun aku melihatnya, anak ini tidak memiliki harapan apapun. Tak terasa sedikitpun kekuatan Magis dalam tubuhnya. Ditambah dengan fisiknya yang lemah, dia juga akan kesulitan dalam menjalankan kesehariannya. Dengan semua itu, bahkan jika dia bertahan hidup, mungkin hanya ada masa depan yang sangat gelap untuknya!"

Pelayan menyebalkan itu tidak menahan sedikitpun pikirannya. Dia tidak tahu kalau bayi yang diajaknya bicara adalah seorang reinkarnasi dari Makhluk Tertinggi yang merupakan Penguasa Absolut yang tak terbantahkan di kehidupan sebelumnya.

Dia tidak sadar bahwa bayi yang diajaknya bicara memahami semua perkataannya. Dia tidak akan pernah bermimpi atau membayangkan bahwa bayi yang ada di hadapannya mampu membunuhnya kapan saja.

Ketika pelayan itu terus mengoceh, Zero melakukan sesuatu tanpa bisa disadari pelayan itu. Dia memang tidak memiliki kekuatan Magis dan dia juga hanya seorang bayi yang baru berusia 2 bulan. Tapi dia adalah seorang reinkarnasi dari Makhluk Tertinggi. Bahkan jika dia tidak bisa menggunakan kekuatan yang biasa dia gunakan di kehidupannya yang sebelumnya, bukan berarti dia tidak berdaya dihadapan musuhnya saat ini.

Dia masih punya trik lain yang bisa dia lakukan …

"Akan kubuat wanita jahat ini menyesal setelah menghina ibuku!" pikir Zero dan melepaskan sedikit niat membunuh.

"!!?"

Seolah merasakan niat membunuhnya, pelayan itu pun berhenti mengoceh dan mulai merinding.

"A-apa ini? … Kenapa tiba-tiba aku merasa seperti nyawaku sedang terancam?"

Dia belum menyadari bahwa yang memberikannya perasaan seperti itu adalah bayi yang ada di hadapannya.

Ketika pelayan itu masih merinding ketakutan dan melihat kesana kemari dengan penuh kewaspadaan, dengan kekuatan pikirannya, Zero menggerakkan setiap benda yang ada di ruangan itu untuk menakuti si pelayan.

"!!?"

Ya, itu adalah kemampuan Telekinesis. Sebuah kemampuan yang mampu menciptakan fenomena Poltergeist di mana kau bisa memindahkan atau menerbangkan benda tanpa menyentuhnya.

Melihat barang-barang yang tiba-tiba melayang dan mulai berputar-putar di sekitarnya, pelayan itu menjadi semakin ketakutan. Namun tampaknya dia masih bisa menahan rasa takutnya dan hanya diam memperhatikan semua keganjilan itu tanpa berani bersuara.

"Hmm, belum cukup, ya? Kalau begitu, bagaimana dengan ini!" Pikir Zero dan menjadi lebih serius.

Karena si pelayan masih tahan meski Zero telah membuat seluruh benda di ruangan itu melayang, Zero pun memperlihatkan hal yang lebih mengejutkan …

"!!? …"

Si pelayan itu tercengang melihat ranjang bayi di depannya ikut melayang.

"Eh!? …"

Lalu dia lebih dikejutkan lagi oleh bayi di dalamnya yang juga mulai melayang.

"Hehehehe, kali ini pasti berhasil!" Bayi itu, Zero menyeringai lebar.

Melihat bayi itu melayang di udara saja sudah membuat si pelayan kencing di celana, dan ketika bayi itu berputar di udara dan berbicara sambil menyeringai padanya …

"Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!"

Akhirnya si pelayan itu pun mencapai batas dan menjerit ketakutan. Kemudian dengan wajah konyol yang penuh akan teror, dia lari terbirit-birit, keluar dari kamar.

"Wahahahahahahaha!!!"

Melihat itu, Zero tak kuasa menahan tawa.

"Itulah hukuman yang pantas untuk orang jahat sepertinya! Tapi …, aku masih belum puas!"

Tepat setelah dia mengatakan itu, sambil masih melayang di atas ranjangnya, Zero membuka jendela yang ada di belakang ranjangnya hanya dengan pikiran. Lalu sesuatu yang transparan melayang masuk melalui jendela dan sampai ke tangan Zero.

Ketika Zero memegangnya, wujud benda transparan itu pun terlihat.

"Benda ini sangat berguna!"

Ternyata itu adalah sebuah kamera. Lebih tepatnya, sebuah kamera canggih yang dapat mengaktifkan fungsi ilusi optik, sehingga membuatnya seakan tidak terlihat oleh mata telanjang.

Zero sengaja mempersiapkan kamera itu di belakang jendela dan mengendalikannya agar terus melayang dan merekam semua aktifitas serta perkataan si pelayan di kamar bayi.

Jadi meskipun kamera itu terus melayang tepat di belakang jendela sambil terus merekamnya, karena fungsi ilusi optik diaktifkan, si pelayan sama sekali tidak menyadarinya.

Meski tidak bisa menggunakan sihir karena tidak memiliki kekuatan Magis, bukan berarti Zero tidak berdaya sama sekali. Biar bagaimanapun, dia adalah mantan Kaisar Dewa Agung Surgawi. Jadi meskipun dia tidak bisa menggunakan teknologi canggih dunia ini dengan kekuatan Magis, dia hanya perlu sedikit memodifikasinya agar bisa digunakan olehnya.

Seperti kamera yang dia pegang saat ini. Awalnya, untuk mengaktifkan fungsi ilusi optik dan perekaman video, perlu untuk menyuntikan energi Magis kedalamnya. Zero yang tidak memilikinya, jelas mustahil dapat menggunakannya. Jadi dia pun memikirkan sebuah cara.

Awalnya dia hanya ingin memodifikasi kamera itu secara manual dengan alat seadanya, namun kekuatan fisiknya yang lemah membuatnya tidak bisa melakukannya. Jadi dia pun tidak punya pilihan lain selain menggunakan kekuatannya.

Dengan tubuhnya yang sekarang, sangat sulit baginya untuk menggunakan kekuatan yang bisa dia gunakan dengan mudah dikehidupan sebelumnya. Meski dia bisa menggunakan Telekinesis, kemampuan itu tidak akan berguna untuk membantunya saat itu. Namun dia masih memiliki kekuatan otoritas Kaisar Dewa Agung Surgawi. Dengan dirinya saat ini, tentu saja itu terbatas. Namun masih bisa digunakan untuk hal sekecil ini.

Jadi dia pun menggunakan kekuatan otoritasnya dan mengubah sistem program kamera itu. Awalnya kamera itu di program agar hanya akan berfungsi ketika seseorang menyuntikkan energi Magis kedalamnya. Namun setelah Zero mengubahnya, meskipun seseorang menyuntikkan energi Magis kedalamnya, kamera itu tidak akan pernah bisa berfungsi.

Itu karena energi yang diperlukan kamera agar dapat berfungsi telah berubah. Kamera itu sekarang hanya bisa diaktifkan hanya dengan energi yang Zero miliki, yaitu Divine Emperor Qi.

Dengan begitu, kamera itu telah menjadi barang khusus milik Zero dan tidak akan ada orang di dunia ini yang bisa menggunakannya selain dirinya.

"Sampai menggunakan kekuatan otoritas Penguasa hanya untuk hal sepele seperti ini …, mungkin aku terlalu berlebihan, ya!" Dia tersenyum pahit.

Kapan tepatnya Zero merencanakan semua ini? …

Tepatnya, dia merencanakan untuk menjebak si pelayan wanita itu sejak 2 hari yang lalu. Itu adalah hari di mana ayahnya, Sang Raja mempekerjakan pelayan wanita itu untuk mengurusnya.

Apakah ayahnya tahu kepribadian wanita itu? … Zero tidak tahu.

Apakah sebenarnya ayahnya sudah tahu tapi tetap mempekerjakannya? … Mana mungkin Zero tahu.

Atau apakah orang lain yang mempekerjakan wanita itu dan bukan ayahnya? … Mustahil Zero tahu, dia kan hanya seorang bayi yang suka menangis dan berak dipopok, tanpa pernah meninggalkan kamarnya.

Tapi tentu saja ada hal yang dia tahu, dan yang dia tahu hanyalah setiap kegiatan dan percakapan yang terjadi di kamarnya saja.

Ketika pertama kali wanita itu memasuki kamarnya dan menyapa Ibu Zero yang waktu itu sedang menyusuinya, wanita itu berkata bahwa dia dipekerjakan oleh Sang Raja untuk menggantikannya mengurus Zero.

Setelah mendengarkan itu, meski sangat enggan, Ibunya Zero tidak punya pilihan lain selain menyerahkan tugasnya pada wanita itu.

Zero juga masih ingat, saat itu si pelayan wanita mengatakannya dengan cara yang kurang sopan, seolah dengan sengaja menunjukkan ketidak sukaannya terhadap ibunya.

Zero sangat tidak senang dengan itu, dan di saat itulah dia langsung merencanakan untuk menjebak si pelayan wanita untuk menghancurkannya. Zero jelas bukan orang yang harus diprovokasi, meski dia masih bayi.

Jika ini hanya menyangkut dirinya sendiri, maka Zero tidak akan terlalu mempedulikannya. Dia bukanlah tipe orang yang akan peduli bahkan jika ada orang yang menghinanya tepat di hadapannya. Paling-paling dia hanya akan menghiraukannya atau setidaknya sedikit memberikan intimidasi dan merespon dengan kata "Begitu kah?" lalu pergi.

Baginya, orang-orang yang suka merendahkan orang lain tanpa tahu kebenarannya adalah sampah, mereka adalah sampah yang paling rendah dan saking rendahan nya mereka, hingga membuat dia jijik dan tidak ingin lagi berurusan dengan mereka.

Namun pelayan wanita itu tidak hanya mengarahkan taringnya pada Zero, tapi pada Ibunya juga. Itu adalah hal yang paling tidak bisa dia maafkan. Baginya, seorang ibu adalah seluruh dunia, pusat dari alam semesta nya, orang paling penting dan nomor satu yang tiada bandingannya.

Siapapun yang berani menghina atau bahkan menyakiti ibunya, otomatis orang itu akan menjadi musuh besarnya.

Bahkan sejak di kehidupan yang sebelumnya, Zero adalah orang yang sangat menyayangi dan menghormati kedua orang tuanya, terutama ibu yang melahirkannya.

Meski pada dasarnya dia adalah orang yang baik, ramah, lembut, humoris dan tampak lugu. Namun ketika dia tahu ada orang yang menghina dan menyakiti keluarganya, terutama orang tua, apalagi ibunya, dia akan berubah total dan menjadi orang yang sangat kejam, bengis dan tidak manusiawi.

Terbukti dalam sejarahnya di kehidupan sebelumnya. Ketika dia masih hanya seorang True Monarch, dia pernah membantai jutaan orang dengan sangat kejam dalam suatu negara sampai tak tersisa. Itu semua hanya karena kedua orang tua dan kedua adiknya difitnah dan diperlakukan dengan kejam oleh orang-orang di sana.

Alasannya adalah karena mereka menolong dan merawat seorang Demon yang tersesat dan terluka. Kebetulan Demon itu adalah anggota dari pasukan negara musuh. Lantas karena mereka menolongnya, orang-orang di negara itu tidak terima dan mulai memfitnah serta melakukan kekerasan pada mereka.

Zero yang saat itu terlambat menyadarinya, menjadi sangat murka begitu melihat orang tua dan adik-adiknya diikat di tiang pusat alun-alun kota sambil dilempari batu.

Tanpa berbasa-basi dan tanpa mencari tahu masalahnya lebih jelas, Zero langsung tanpa ampun dan tanpa belas kasihan membantai semua orang yang ikut serta dalam menyakiti keluarganya.

Itu adalah salah satu tragedi paling kelam yang dia alami di kehidupan sebelumnya.

Meski itu terjadi lebih dari 100 juta tahun yang lalu, Zero masih mengingat semuanya dengan sangat jelas … Tidak- lebih tepatnya, dia tidak bisa melupakannya. Biar bagaimanapun, dalam peristiwa itu, ada sebagian orang yang tidak bersalah dan ikut terbunuh dengan kejam ditangannya, dan itu membuatnya merasa bersalah setelahnya.

Oleh karena itu, dia tidak akan pernah melupakannya, sebagai pembelajaran agar dia selalu ingat untuk tidak terlalu terbawa emosi dan melakukan kesalahan yang sama.

Setelah memeriksa dan memastikan bahwa video yang terekam di kameranya terlihat jelas dan tersimpan dengan baik. Zero kembali merapikan semua kekacauan di kamarnya dan kembali berbaring di ranjang empuknya.

Yang perlu dia lakukan selanjutnya hanyalah menaruh kamera disampingnya dan menunggu seseorang datang ke kamarnya. Dia yakin bahwa si pelayan wanita yang jahat sebelumnya tidak akan berani kembali seorang diri, setidaknya akan ada orang lain yang menemaninya. Dan Zero yakin siapa orang yang akan datang bersamanya …

Tak lama kemudian, pelayan wanita yang jahat itu kembali dengan seseorang, tepat seperti yang dipikirkan Zero.

"Hm? … Kau bilang tadi barang-barang di sini melayang dengan sendirinya, dan begitu juga dengan ranjang dan bayiku, kan? …"

"Y-ya …!"

"Lalu dimana buktinya? Jika memang barang-barang di sini semuanya melayang dan berputar-putar seperti yang kau katakan, maka bahkan jika semua itu berhenti begitu kau pergi, bekasnya akan membuat kamar ini berantakan! Tapi lihat kamar ini! Semuanya masih terlihat seperti semula, rapi dan tertata dengan baik, bahkan bayiku masih tertidur diranjang dengan tenang. Jadi, apa yang akan kau katakan sekarang? Apa kau mencoba untuk mempermainkan ku?"

Orang yang datang bersama pelayan itu adalah seorang wanita yang sangat cantik berambut pirang dan bermata biru. Dia berusia sekitar 20 tahun. Namanya adalah Reina De La Lumiere, selir ke 7 Raja dan Ibu kandung Zero.

Dia datang bersama pelayan itu untuk memeriksa keadaan bayinya setelah pelayan itu datang padanya dalam kondisi yang acak-acakan. Mata merah berlinang air mata, hidung ingusan, keringat bercucuran, dan terlebih lagi dia mengeluarkan bau pesing yang menyengat.

Saat itu, Reina tampak sangat bingung harus berkata apa pada si pelayan menjijikan itu. Namun begitu mendengar tentang apa yang dia alami di kamar bayinya, Reina langsung menghiraukan kondisi pelayan itu dan berlari ke tempat di mana anak tercintanya berada dengan perasaan khawatir.

Namun saat sampai dan melihat kenyataan di sana, dia pun bernapas lega. Dia tidak peduli pada yang lain, yang dia perhatikan hanya bayi kecilnya. Bayi kecil tercintanya yang lucu baik-baik saja, dan tampak seperti biasanya.

Setelah melihat itu, dia pun menatap pelayan itu dengan kesal.

"Kenapa kau diam saja, Rukmini? Jawab pertanyaan ku! Kenapa kau berbohong padaku?"

"Ti-tidak! Sa-saya tidak berbohong! Saya jelas melihatnya saat itu. Semua barang di sini terbang dan berputar-putar di sekelilingku, lalu ranjang dan Pangeran juga ikut melayang setelah itu. La-lalu … yang paling menakutkan adalah Pangeran!" Rukmini menunjuk Zero dengan takut.

"Pangeran? Memangnya apa yang dilakukan Pangeran kecilku ini padamu? …" Reina penasaran.

"Di-dia-, Pa-pangeran tiba-tiba saja melakukan salto di udara, dan menatapku sambil menyeringai lebar! Ba-bahkan aku sempat mendengarnya berbicara dengan singkat!" Rukmini menatap Zero dengan ngeri dan bergetar ketakutan.

"…." Reina hanya bisa terdiam. Ekspresinya datar dan dia menatap Rukmini dengan mata sipit. Mana mungkin dia percaya pada apa yang dikatakan Rukmini barusan.

Bayi kecilnya yang lucu dan baru berusia 2 bulan, menyeringai lebar dan dapat berbicara serta melakukan salto di udara? …

Bagian mana dari cerita itu yang masuk akal. Reina pun hanya menggelengkan kepala sambil mendesah panjang. Dia menatap Rukmini dengan kasihan,

"Apa kau sedang ada masalah? Atau mungkin kau terlalu lelah hingga berhalusinasi? … yah, tidak peduli apa masalahnya, yang pasti kau harus segera beristirahat! Kepalamu sedang kacau! Meski kau baru bekerja selama 3 hari jika dihitung dengan hari ini, mungkin ini sedikit kejam. Tapi, aku tidak ingin ada hal buruk apapun yang terjadi pada anakku. Jadi aku tidak bisa menyerahkan kepengurusannya padamu. Mulai saat ini, kau tidak akan pernah bekerja di sini lagi, karena kau kupecat! Silahkan pergi!"

Reina berbicara dengan tegas. Itu membuat Rukmini kembali ke kesadarannya. Dia melupakan rasa takutnya begitu mendengar bahwa Reina memecatnya. Dia merasa sangat tidak terima pada keputusan Reina dan melotot sambil berbicara dengan keras,

"Ka-kau memecat ku!?... Tidak-tidak, kau tidak bisa!"

"Kenapa aku tidak bisa?"

"Tentu saja kau tidak bisa! Kau hanya seorang selir ketujuh! Kau tidak berhak memutuskan itu! Apalagi yang mempekerjakan ku adalah Raja sendiri! Jadi hanya Raja sendiri yang boleh memutuskannya!"

"…."

Reina tanpa ekspresi menatapnya. Dia sudah merasakannya dari awal pertemuannya dengan Rukmini. Wanita itu sama sekali tidak memiliki rasa hormat padanya. Reina bahkan bisa merasakan kebencian yang di arahkan padanya sejak awal.

Selama ini, dia hanya bersabar dan berpura-pura tidak menyadarinya. Namun sekarang, Rukmini sudah menunjukkan taringnya yang sebenarnya, jadi tidak ada alasan baginya untuk menahan diri.

"Kenapa kau hanya diam saja? Apa kau takut? Kau itu hanya selir terakhir! Apa kau pikir kau bisa melakukan apapun yang kau mau? Kau pikir kau bisa memecat ku, huh? Coba saja!" Rukmini terus berteriak pada Reina.

Reina hanya diam dan menatapnya dengan dingin. Ada kemarahan yang besar dalam tatapannya.

Ketika melihat Ibunya sedang dibentak dan direndahkan di depan matanya, kemarahan Zero semakin memuncak dan dia tidak lagi bisa menahannya.

!!!!?

Seketika, saat itu juga, seluruh ruangan bergetar … Tidak- tidak hanya ruangan itu, namun seluruh istana, kota, negara, benua, bahkan seluruh dunia mulai bergetar di depan kemarahan Sang Bayi.

Istana mulai mengalami kerusakan, tercipta retakan-retakan besar di beberapa tempat. Salah satunya adalah kamar bayi di mana mereka saat ini berada. Getaran yang kuat membuat lantai, tembok dan atap di ruangan itu seperti akan runtuh kapan saja.

"Ap-apa ini? … Kyaaa!?

Rukmini menjerit ketika tembok di sebelahnya runtuh dan menimpanya. Belum lagi setelah itu, atap tepat di atas kepalanya mengalami keretakan dan runtuh, dan runtuhan itu jatuh juga tepat di kepalanya. "Sudah jatuh, ditimpa tangga!" mungkin itulah ungkapan yang pantas untuknya.

"Rukmini!"

Reina masih sempat-sempatnya khawatir pada wanita jahat itu. Namun itu hanya sementara. Reina lebih mengkhawatirkan keadaan bayinya. Sejak getaran dimulai, dia sudah langsung berlari ke bayinya dan mengaisnya. Lalu bersembunyi di bawah meja besar yang ada di sana.

Meja besar itu terbuat dari bahan campuran yang cukup kuat, yaitu Mithril dan Besi. Setidaknya, itu cukup kuat untuk melindungi mereka dan menahan reruntuhan yang akan jatuh.

Dia masih belum sadar sumber bencana itu. Mungkin karena merasa panik dan memiliki kekhawatiran yang begitu besar terhadap keselamatan bayinya, dia jadi tidak memperhatikan bahwa bayinya bersinar dan memancarkan aura yang begitu dahsyat.

Bayi itu melepaskan aura yang begitu besar dan menyebar ke seluruh dunia, dan karena saking kuatnya aura yang dia lepaskan, dunia pun bergetar dan mulai mengalami kerusakan begitu merasakan kemarahannya.

Aneh bahwa Reina tidak bisa menyadarinya. Namun kita sedang membicarakan Sang Mantan Kaisar Dewa Agung Surgawi, jadi dia pasti melakukan sesuatu kepada ibunya agar ibunya tidak menyadari apa yang dia lakukan.

Kepanikan melanda dunia dan kehancuran terjadi di mana-mana. Tapi semua itu hanya berlangsung selama 5 detik. Namun bagi dunia, itu terasa seperti waktu yang sangat panjang, seolah itu adalah akhir dunia.

Begitu getaran berhenti, Reina bernapas lega dan merangkak keluar dari bawah meja. Dia memperhatikan sekitarnya,

"… Ini kerusakan yang parah!"

Dia melihat banyak dinding-dinding disekitar roboh. Atap-atap dan lantai-lantai runtuh di beberapa tempat. Dia melihat keluar jendela. Di luar, dia dapat melihat kerusakan yang parah juga.

Taman terlihat cukup kacau dengan banyaknya orang di sana yang berlindung dari gempa. Dapat dilihat juga celah retakan yang cukup besar, membagi taman menjadi dua. Tampaknya celah retakan itu terhubung juga dengan istana, karena jika dilihat dari luar, istana sudah terbelah dua.

Berdasarkan dampak kerusakan yang terlihat, bisa dibayangkan seberapa dahsyatnya gempa bumi sebelumnya.

Namun ajaibnya, tidak ada satupun korban jiwa, namun kerusakan pada bangunan dan lingkungan tetap terjadi di mana-mana. Bahkan meski bencana ini terjadi di seluruh dunia, bencana ini sama sekali tidak merenggut satu pun nyawa makhluk hidup. Bahkan tidak ada satupun makhluk yang terluka.

Kecuali satu orang.

Dan satu-satunya orang yang celaka itu adalah Rukmini, yang sekarang tergeletak tak berdaya di bawah reruntuhan.

Dia masih hidup, namun dia mengalami beberapa patah tulang, kebocoran kepala dan beberapa cedera lainnya.

Apakah dia akan geger otak atau mati karena kehilangan banyak darah? … Zero berharap tidak, karena dia masih belum cukup puas untuk menghukumnya. Jadi tanpa disadari ibunya, dia melepaskan sedikit energi murni yang sangat suci ke arah Rukmini yang sekarat.

Energi itu tidak lain adalah Life Force (Energi Kehidupan). Dengan sedikit Life Force, Zero menyembuhkan cedera fatal yang di alami Rukmini. Dia hanya sedikit menyembuhkannya agar Rukmini terhindar dari geger otak atau bahkan kematian, sedangkan luka lainnya dia biarkan begitu saja.

"Beberapa memar dan patah tulang tidak akan membunuhnya, kan? Mari biarkan dia sedikit merasakan penderitaan, hehehehe …!" pikirnya dan tertawa dalam hati.

Reina tidak menyadari tindakan anaknya, dan masih memperhatikan keadaan diluar melalui jendela.

Beberapa saat kemudian, setelah yakin bahwa situasi sudah aman, Reina pun memeriksa keadaan bayinya.

"Apa kau tidak apa-apa, Sayang? Apa kau terluka?" Katanya dengan khawatir sambil memeriksa setiap bagian tubuh Zero.

Namun karena tangan ibunya yang lembut meraba-raba setiap bagian tubuhnya, terutama di bagian perut, leher dan ketiak, juga tak ketinggalan burung kecilnya yang hanya sebesar Cengek, Zero merasa geli dan tidak bisa menahan tawa …

"Gyahahaha …!"

Melihat bayinya tertawa geli, Reina menatapnya lucu dan ikut tertawa bersamanya.

"Fufufu, maaf! Geli, ya?"

Zero hanya bisa menahan rasa malunya sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Aduh, ibuku ganas sekali!" pikirnya.

Reina hanya menganggapnya lucu dan terus tersenyum lembut melihatnya. Dia senang anaknya baik-baik saja. Ketika dia mengalihkan pandangannya kepada Rukmini yang masih tergeletak tak sadarkan diri, tatapannya berubah dingin.

"Mungkin itu adalah karmanya!"

Meski sebelumnya dia merasa kasihan, namun mengingat sikap Rukmini sebelumnya, rasa kasihan Reina terhadapnya langsung hilang seketika.

Setelah memeriksa keadaan bayinya lagi, dia pun membawa Zero dan berjalan pergi untuk memeriksa keadaan yang lainnya.

Namun sebelum itu, ketika dia mulai akan berjalan pergi, bayinya tiba-tiba menangis …

"Eh? Ada apa, Sayang? Kenapa kau tiba-tiba menangis?"

Reina kebingungan. Namun dia melihat bayinya menatap ke arah ranjang bayi dan mengangkat tangannya, menunjuk ke arah sesuatu yang tergeletak di atas ranjang. Dia pun mendatanginya …

"… Hm? Kamera siapa ini? Kenapa bisa ada di sini?"

Reina pun mejadi heran. Dia tidak ingat menyimpan kamera di kamar bayinya. Dia pun berpikir, "Apakah mungkin Rukmini yang membawanya?" dia ingin bertanya nanti.

Melihat bayinya berhenti menangis begitu dia mengambil kamera itu, Reina pun lega. Namun dia juga menjadi semakin curiga. Tapi meski begitu, dia memutuskan untuk mengesampingkan masalah itu terlebih dahulu, dan segera memberikan kamera itu pada bayinya.

Namun hal yang mengejutkan pun terjadi …

"Hm!?"

Tepat ketika tangan bayinya menyentuh kamera, kamera itu menyala dan memperlihatkan sebuah rekaman video.

Betapa terkejutnya Reina begitu melihat rekaman itu. Awalnya, rekaman itu menunjukkan Rukmini yang sedang menjaga bayinya seperti biasa. Di sana juga dia bisa melihat dirinya sendiri sedang bermain dengan bayinya.

Namun setelah dia selesai bermain dan pergi dari sana, Rukmini mulai bersikap aneh. Setelah Reina keluar dari kamar, Rukmini membuka pintu dan melihat kesana-kemari seolah memastikan situasi.

Melihat tidak ada orang disekitarnya, sikapnya yang seperti pelayan professional sebelumnya tiba-tiba saja berubah total. Dia mulai memakan seluruh makanan bayi yang telah disiapkan untuk bayinya.

Ketika bayinya menangis, Rukmini membiarkannya dan justru malah terlihat marah dan mulai membentak serta mengguncang-guncang kan ranjang bayinya dengan kasar.

Setelah itu, Reina juga melihat Rukmini berbicara sangat jahat kepada bayinya. Semua kalimat yang di ucapkannya membuat Reina sangat-sangat marah.

Dia masih bisa bersabar jika dia sendiri yang dihina dan dicaci maki, namun ketika dia mendengar Rukmini menghina dan mengatakan hal yang sangat kejam pada bayinya, dia tidak bisa memaafkannya.

Setelah melihat keseluruhan video itu, meski dia sangat marah, namun dia berusaha untuk tetap bersikap tenang. Apalagi, saat ini dia sedang bersama bayi tercintanya. Dia tidak ingin membuatnya takut, jadi dia pun bersabar.

"Rio sayangku, wanita jahat itu sudah menyakitimu! Ibumu ini tidak akan memaafkannya! Lihat saja nanti, Ibu pasti akan memberikan dia hukuman yang pantas untuknya!"

Rio, itu adalah panggilan ibunya terhadap Zero. Lebih tepatnya, Rio Absolu De La Lumiere yang memiliki arti Raja Cahaya yang Absolut. Itulah nama pemberian ibunya yang sekarang.

Reina memberikan nama itu dengan penuh kasih sayang dan harapan agar putranya mampu mengatasi semua keterbatasan dan rintangan yang akan menghadang kehidupannya nanti.

Dia menyadari bahwa putranya akan menjalani kehidupan yang sulit karena kekurangan yang dimilikinya. Oleh karena itu, dia bersumpah bahwa sebagai ibunya, dia akan selalu mendukung, mendorong (menyemangati) dan mencintainya lebih dari apapun.

Sang Kaisar Dewa Agung Surgawi sangat tersentuh oleh kasih sayang ibunya. Dia juga bersumpah bahwa dia akan selalu menyayangi, menghormati dan menghargai ibunya lebih dari apapun. Dia tidak akan melakukan sesuatu yang akan membuat ibunya kecewa, dia pasti akan membahagiakannya.