Chereads / Tentang Gilang dan Cinta / Chapter 2 - Sebelum Aku Candu Bercanda

Chapter 2 - Sebelum Aku Candu Bercanda

"Gilang.." Pada hari ia datang, entah pesona apa yang aku ciptakan sehingga ia tertarik, atau dia tidak tertarik melainkan hanya karena aku adalah orang pertama yang menyambut kedatangannya sebagai panitia ospek yang baik. Aku melamun, masih heran.

Aku hanya lupa bilang bahwa aku ini SMA disekolah berasrama. Pilu memang, tapi ada banyak warna disini. Dan sebagai anak yang 'aktif' hanya untuk meredakan luka, aku adalah wakil ketua OSIS. Tidak! aku tidak seseram itu.

"ehm kak,, namaku Gilang.." dia masih dengan tangan yang ragu - ragu dihadapan ku.

"haloo, aku Clarya heheh.. ayok masuk kita ke hall pemeriksaan barang.. Tante, om mari masuk" aku menyambut tangan ragu-ragu nya tadi dengan pasti lalu menarik tanganku cepat, berlagak sok asik agar keluarganya me-notice sekolah ini ramah. Keluarganya mengangguk dan tersenyum suka. Aku berhasil lagi menyembunyikan luka, entah sampai kapan ini berlangsung.

"kak Clarya namanya bagus heheh" Gilang bercanda mungkin bermaksud mencairkan suasana awkward yang tercipta sepanjang jalan menuju hall pemeriksaan. Aku tersenyum memperlihatkan gigi offside yang kata orang itu gingsul yang manis, kataku sih itu akibat buruk dari makan gula merah tebal yang dicampur kacang tanah.

"singkatnya Cla aja, biar kayak temen - temenku yang lain" aku sekali lagi tanpa sadar menciptakan kedekatan antara kami. Orang yang tadi mengantarkan dia tersenyum. Kalau aku kasih kemungkinan 1/10 aku yakin 9,5 kalau kedua orang itu papa dan mamanya.

Ada hal lain dari sekolah berasrama ini

Pertama : Tidak boleh membawa dan menggunakan perangkat elektronik selama bersekolah disini, kecuali setiap Sabtu dan Minggu menggunakan satu buah handphone yang bukan android untuk menelpon orang tua memberi kabar. Ingat orang tua!.

Kedua : Tidak boleh berpacaran :) banyak yang gagal karena aturan ini

Ketiga : Tidak boleh keluar lingkungan asrama kecuali weekend, itupun dijemput keluarga.

Keempat : Agar lebih mudah, kami dibentuk kelompok untuk menjalankan tugas bersama dan makan bersama dan kelompok ini baru akan dirombak lagi setiap 2 bulan.

Kelima : Tidak boleh menerima tamu pribadi kecuali weekend.

itu saja dulu hal - hal penting yang harus kalian tahu sejak awal, sisanya akan aku jelaskan jika punya waktu.

Dan karena aku adalah wakil ketua OSIS maka aku tahu persis bagaimana peraturan itu berjalan.

Aku melihat hall pemeriksaan barang cukup padat, banyak kakak kelas yang penasaran dengan barang - barang yang dibawa para siswa baru, kali saja ada yang membawa 'barang terlarang'. Lumayan untuk bahan gibah ketika waktu tidur siang tiba. Sebagai pemimpin wanita satu - satunya, aku punya insting kuat bahwa mereka sebenarnya tidak peduli dengan barang - barang terlarang, sebenarnya mereka hanya peduli dengan bagaimana kami panitia menjalankan ospek ini, jika salah atau cacat akan dikritik di depan umum. Sekejam itu masa SMA ku, tapi sekali lagi ada banyak warna disini.

"yang cowok periksa nya disebelah sini.." Ardi anak aktif lainnya melambai kepadaku memberi tanda. Tentu saja aku tidak perlu lagi mengarahkan, Gilang sudah liat.

"kak,, aku kesana dulu" Dia pamit. Aku kaget lalu mengangguk cepat, jalan saja Lang! Aku tidak menahanmu bukan?

"iya silahkan, nanti setelah itu kakak - kakak disana yang mengarahkan kamu untuk ke kamar dan ruang makan ya.." Aku lanjut lalu tersenyum sebentar ke orang tua nya dan menuju tempat pemeriksaan barang perempuan.

Jangan salah, setelah kejadian itu aku belum candu bercanda. Aku masih pusing memikirkan rundown untuk ospek hari pertama, mengingat partner kerjaku sang ketua sedang sakit. Dia punya bagian untuk menjelaskan mengenai peraturan besok pagi. Haruskah aku menggantikannya? Jangan ngadi - ngadi!.

Tapi jelaslah aku sudah mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk itu.

"Cla, lu dicariin Ardi noh!" teriak Ify dengan suara khasnya yang membuat orang - orang menoleh sebal. Suaranya keras sekali memang.

Aku keluar dari gerombolan wanita - wanita yang sibuk memeriksa barang itu.

"ya Di? kenapa lagi? gua sensitif karna belum makan jan bikin gua kerja lagi, istirahat bentar napa?" aku mengomel dari kejauhan sampai aku tepat didepannya.

"Lu diminta Maam Shinta noh, kumpul anak - anak konsumsi untuk siapin makan buat keluarga siswa baru yang ikut nganter.. yang cowok periksa nya sebelah sini yaa.." jawab Ardi buru - buru sambil memberi arahan kepada siswa lain yang baru datang.

"Ya ampun Diii, masa itu juga harus gua yang kumpulin sih? Baru selesai ngecek anak Hospi nih gua.. ini juga gua ga sepenuhnya istirahat, Di !! Lagi kerjain rundown darurat kalau si Martin gabisa ikut besok pagi, pan lu tau dia lagi sakit.." Aku mengomel, mengeluh dan menghela napas panjang didepannya.

"Lah, kok lu ngegasnya di gua sih Cla?? Lu ngomong aja sama Maam Shinta nya langsung" Ujar Ardi santai membela diri.

"lu tadi ngomong pas disuruh napa sih?? kek seneng bet tuh muka kalo gua sibuk?" Aku tak hentinya cerocos sambil berlalu mengerjakan apa yang disuruh Maam killer itu.

*****

"sibuk banget ya Cla? Daritadi lu bolak balek mulu kek setrika.." Ucapnya sambil nyengir. Aku menaikkan salah satu alisku melihatnya tak suka lalu berpaling membuang muka.

Namanya Dery, 2 tahun aku sekolah diasrama ini, 2 tahun juga ia mengejar ku secara sadar dan tidak sadar. Jangan diartikan secara harfiah!! Maksudku, dia menyukaiku sejak masuk disekolah ini sementara dia tahu persis aturannya dilarang jatuh cinta terlalu dalam alias dilarang berpacaran. Jelaslah aku ilfeel, dan sangat benci dijadikan bahan bergosip lalu dipanggil ke ruang BK untuk ditanyai.

Sekolah ini ada minusnya, yaitu hanya menyaring informasi dari anak - anak emas yang suka bergosip, mengamati, dan melaporkan hal - hal tidak benar lainnya.

Dan aku?? aku bukan anak emas bukan juga yang dibenci, karena aku berteman dengan semua cowok maupun cewek, nakal atau baik - baik kecuali Dery. Itulah mengapa sebagian guruku belum terlalu mempercayaiku ;).

"Cla, dari dulu sampai sekarang lu ga pernah berubah ya, tetep aja ga nganggep gua ada.." Dery mulai lagi dengan kosakata legendaris itu.

"gua nganggep lu ada kok, namanya juga gua sibuk, Der. pastilah kek setrika.. udahlah gua pergi dulu.." Ucapku sarkas. Agak kasar memang, karena aku marah. Marah pada Maam Shinta dan kosakata legendaris itu tadi.

Aku melangkah cepat menuju kamarku, cukup dulu siang ini. Aku capek. Mau tidur sebentar dan lanjut beraktivitas lagi nanti sore dan malam.

Oiya, sebelum tidur siang aku menggumam untuk kesembuhan Martin dan merenung soal seseorang sebelum akhirnya jatuh tertidur.

Rayhan..