Chereads / Tentang Gilang dan Cinta / Chapter 3 - Sebelum Aku Candu Bercanda 2

Chapter 3 - Sebelum Aku Candu Bercanda 2

Aku tersadar ketika kakek tua itu membantu mendoakan kesembuhan Martin. Bahkan ketika istirahat siang pun aku masih bermimpi mendoakan partner ku itu. Betapa aku tidak ingin sama sekali menggantikan Martin besok pagi. Rusak saja rundown darurat itu daripada aku yang harus berdiri menjelaskan peraturan. Sembari mengumpulkan sisa nyawa yang kubawa tidur, aku merenung mengingat seseorang. Seseorang yang datang di masa lalu ku, seseorang yang pernah mewarnai masa labil ku, dan seseorang yang aku bahkan tidak tahu dia hanya bagian dari masa lalu ku atau bahkan masa lalu yang aku bawa hingga kini. Ya, Rayhan. Setengah menyengir, aku mengingat soal liburan kemarin. Dimana ketika aku pulang, kami tidak bertegur sapa. Bahkan dia memblokir aku dari semua platform media sosial. Entah siapa yang bilang padanya bahwa aku menyukainya, yang aku tahu pasti dia ilfeel padaku. Dan yang jelas juga aku tidak pernah bilang padanya aku menyukainya.

"Cla, lu udah ngepel?" Jen ketua kelompokku bertanya soal tugas asrama yang harus aku kerjakan.

"Belom Jen, baru bangun,, ini bentar lagi pergi" jawabku sambil merapikan tempat tidur ku. Memang aku cukup disiplin untuk hal - hal yang terlihat. Tapi tidak untuk isi lemari ku.

"okey, gua udah siapin alat pel sama pembersih lantai, lu tinggal pel aja.. ntar kalo udah jangan lupa dicuci ya,, terus bilang ke gua dikamar biar dicatet." Sambungnya lalu pergi ke kamar nya.

"iyeep, ntar gua bilangnya pas makan aja, abis ngepel mau langsung mandi,, takut telat gua mah.." Aku membalas setengah berteriak agar terdengar olehnya lalu keluar kamar menjalankan tugas dan tanggung jawab ku. Jen hanya membalas dengan acungan jempol.

*****

"Keluarga siswa baru yang ikut nganter udah pada pulang, Cla??" Seseorang bertanya padaku selagi aku mengepel lantai di hall dan sedetik setelah bertanya ia terbatuk pelan.

"Lu udah baikan, Tin??? Manjur juga doa gua" Yess itu Martin, dia masih terlihat pucat tapi dia keluar dari kamar dan juga mengerjakan tugas asrama. Pertanda bahwa dia sudah merasa membaik. Baguslah siap - siap merobek rundown darurat itu.

"Yaa lumayan sih, tenggorokan gua masih sesek gitu,, lu doain gua?? Guna juga lu jadi partner gua" Jawab Martin sambil basa basi sebentar, dia memang jago di bidang Attention Grabber.

"Lu tau lah yaa, alesan gua doain lu juga biar gua selamat aja besok pagi.. males gua ah jelasin peraturan,, pan lu tau gua juga masuk divisi kedisiplinan, ntar kalo gua ramah kan gabisa lagi gua marah - marah waktu mereka ga masukin baju..." Aku membalas panjang lebar sambil tanganku tetap sibuk mengepel lantai hall.

"hahahaha dihh, lu gimanapun acting marah,, ga bakalan bisaa,, percaya ama gua Cla..lu itu pada dasarnya ramah, muka lu aja sok sokan dibuat jutek.. makanya si Dery nyantol 2 tahun.. hahahaha" Martin mengejek ku dan tertawa lepas, aku yakin dia benar - benar mulai membaik. Hati yang gembira memang obat yang manjur.

"Monyet lu, Martin.. udah ah,, gua udah abis ngepel.. mending mandi daripada ladenin mutan nya Carles Darwin kek lu,, yeee" Aku balas meledek lalu segera mencuci alat pel yang tadi kugunakan. Lalu berlari kecil bersenandung ria, rundown darurat siap ku sobek?.

*****

"loh, Gilang?? meja kelompok kamu yang itu?" Aku heran sekaligus sengaja mencairkan suasana yang lagi - lagi awkward. Di seberang meja tempat sekarang aku makan, Gilang duduk manis dan sedang makan. Bedanya, dia menatapku, bukan makanannya.

"Haii kak Cla, kelompok buat siswa baru belum dibagi, jadi sementara aku disini aja.." Jawabnya masih terus menatapku. Aku canggung.

"ooo, okey--..."

"Cla!!" Belum selesai aku bicara Martin berteriak memanggil ku, aku menoleh mengangguk dan menaikkan alis sebentar. Cara ku menjawab panggilan ketika mulut penuh makanan.

"Sini bentar, kita rapat cepat aja,, bawa aja makanan lu gapapa..." Lanjutnya lagi sambil melambaikan tangan tanda urgensi. Aku selamat dari tatapan Gilang menghela napas lalu mengangkat jempol ku.

"Lang, kesana bentar hehe..." Kataku yang disambut anggukan Gilang.

"oke kak, ntar kesini lagi ya, mau tanya - tanya gitu.. sharing session aja.." Jawabnya setengah memohon. Baru masuk udah ngajakin wakil ketua OSIS sharing session. Gila sih.

"oke, Lang" Balasku sambil berjalan cepat kearah sang ketua.

"Ngapa lu??" Tanyaku sesampainya tepat disamping Martin.

"Besok gua jadi bawa sesi peraturan,, tap--.."

"YESSS gitu dong, kan nyaman gua kerja kalo kita saling menguntungkan gini" Aku memotong pembicaraan yang akhirnya membuat Martin gemas.

"Denger dulu!!.. Tapi lu bikinin slidenya malem ini ya" Katanya sambil berlagak imut, aku hampir muntah.

"Apa sih??! Gak ya!! Isss, Tin lu ngerepotin banget woilah.. ogah gua mah" Lagak imut itu aku balas dengan menolak permintaan nya mentah - mentah.

"Ayolah heh, elu kan partner terbaik gua, Cla.. lu tau kan gua belum sembuh bener.. plislah, lu kan bilang kita harus saling menguntungkan.." Martin merayu lagi sambil mengeluarkan seribu satu alasan gombal agar aku mau membuat slide singkat mengenai peraturan.

"Emang monyet lu, Mutan nya Carles Darwin.. yodah gua bikinin.. Abis makan ini" Aku akhirnya mengalah, ini hanya demi aku tidak menggantikan dia menjelaskan peraturan.

"Nah,, gitu dongg... biar dikata gua monyet, nih monyet juga masih atasan lu geblek" Ledeknya sambil berlalu menuju meja kelompoknya.

"yeee mutan lu" Balasku kesal.

Aku menghabiskan makananku dengan cepat, sambil membaca peraturan panjang yang telah di print Martin. Banyak juga peraturan sekolah ini, hampir 12 halaman.

Setelah makanan ku habis, aku menuju ruang komputer dan mulai dengan pekerjaan ku yang ini. Membuat slide peraturan sesingkat - singkatnya. Aku sudah sangat terbiasa dengan slide powerpoint jadi tanganku dengan lincah menari diatas keyboard dan menghias powerpoint ku sebagus mungkin.

*****

Bel nyaring berbunyi, waktunya masuk kamar dan tidur. Waktu menunjukkan pukul 9.45. Sudah tiga jam lebih 15 menit aku di ruang komputer ini dan mengerjakan powerpoint. Jari - jariku lemas, tapi tinggal finishing dan slide nya berhasil ku selesaikan.

Setelah mengerjakan finishing dan menyimpan filenya ke dalam flashdisk si Martin, aku mematikan komputer yang tadi kugunakan dan bersiap keluar mencari Martin untuk memberikan flashdisk nya.

"Tin!!, nih Nama filenya Ospek anderskor peraturan, gua taruh diluar ga dimasukin dalam folder" Kataku sambil memberikan benda itu.

"Nahh... gitu dong,, gua bahagia lu juga bahagia.." Balasnya lalu mengambil flashdisk itu dari tanganku.

"gua bahagia nenek lu??!... pokoknya biar dikata lu sakit besok, gua ga mau ngegantiin.. dahlah mau tidur" Ucapku sembari memberikan tatapan paling jahat ku padanya.

Aku masuk ke kamarku dan bersiap tidur untuk bertempur lagi besok.

Sampai aku teringat seseorang, bukan Rayhan. Kali ini Gilang, aku lupa soal sharing session yang dia minta tadi.

Entah besok apa lagi, lalu besok, dan besoknya.