Chereads / End Of New World / Chapter 2 - 02. Satu Takdir Ditangan Kecil 2

Chapter 2 - 02. Satu Takdir Ditangan Kecil 2

Dunia ini bernama Etoritia dan terdapat 4 benua yang dihuni oleh Manusia, Iblis, Elf, dan Warbeast.

Di bagian utara ada benua Midgard yang dihuni Manusia, dibagian selatan ada benua Muspellheim yang dihuni Iblis, dibagian timur ada benua Alfheim yang dihuni oleh Elf, dan dibagian barat ada benua Svartalfheim yang dihuni oleh Warbeast. Keempat benua ini hidup berdampingan sampai manusia memulai peperangan dengan Iblis, karena Manusia merasa terancam dengan keberadaan benua Iblis.

Perang meletus diantara Manusia dan Iblis, sedangkan untuk Elf dan Warbeast tidak ingin campur dengan perang manusia dan iblis itu karena mereka menganggap itu hanya menghancurkan satu sama lain. Perang ini disebut perang Tortius dan sudah berlangsung selama ratusan tahun.

Namun akhir-akhir ini perang mulai mendingin karena raja Iblis dan raja Manusia sedang berada diambang kematian karena penyakit yang sama. Penyebab kenapa penyakit yang menjangkit raja Iblis dan raja Manusia merupakan penyakit yang sama masih belum diketahui secara pasti karena minimnya informasi.

Setidaknya aku diberi waktu sebelum memulai beban yang diberikan oleh Nemis. Sudah setahun sejak aku menerima beban Nemis dan menerima skill Minerva, sekarang aku dapat berjalan merangkak. Aku masih belum bisa berbicara dan membaca jadi jika ingin membaca buku aku meminta ibu yang membacakannya. Tapi, jika ibu tidak ada atau sedang sibuk lalu aku kebelet baca buku, aku meminta kepada Minerva untuk membacakannya. Skill Minerva sangat berguna sekali, aku tidak menyesal telah mendapatkan skill sehebat ini.

Selama setahun ini aku banyak belajar tentang dunia ini dan telah mendapatkan alasan kenapa perang Tortius bisa terjadi. Aku tidak heran kalau manusia merasa terancam dengan keberadaan iblis karena di duniaku dulu, iblis dianggap mahluk yang menyesatkan manusia untuk jatuh dalam kegelapan. Tapi perang Tortius ini terjadi akibat manusia bukan para iblis, bahkan tidak ada laporan tentang iblis yang melukai manusia sebelum perang Tortius meletus. Jadi bisa dibilang ketakutan manusia di dunia ini terhadap iblis terlalu berlebihan sampai meletuskan perang ratusan tahun.

"Raph? Raphael? Kamu dimana sayang?".

Suara ibu memanggil namaku. Aku tidak ingin mendatanginya sampai dia yang menemukan ku. Aku lagi asik melihat ilustrasi lingkaran sihir yang ada di ruang kerja ayah. Aku penasaran apa yang akan terjadi jika aku menggambar ilustrasi lingkaran sihir ini di lantai kayu. Apakah terjadi reaksi sihir? Kalau terjadi reaksi sihir kecil tidak masalah tapi kalau terjadi reaksi sihir yang bisa menghancurkan rumah maka itu akan gawat sekali.

"Raphael!! Sayang, kenapa kamu suka sekali berada di ruang kerja ayahmu?".

Aku digendong ibu dan dia membersihkan wajahku yang kotor akibat tinta hitam.

Di ruang kerja ayah banyak sekali buku yang penuh akan ilmu pengetahuan. Aku juga sedang berusaha belajar menulis menggunakan tinta hitam yang ada di ruang kerja ayah.

Agil Rainsworth dan Ellia Rainsworth adalah nama ayah dan ibuku. Ayah adalah mantan komandan pasukan perang yang sekarang menjadi kepala desa dan ibu adalah satu-satunya ras Moon-Elf yang berhasil selamat dari insiden Red Moon. Aku tidak tahu jelas apa yang sebenarnya terjadi selama insiden Red Moon berlangsung sampai membuat kepunahan ras langka Moon-Elf karena keterbatasan informasi dan menurut Minerva ada yang berusaha menutupi insiden Red Moon.

Setelah ibu membersihkan wajahku dia mencium pipiku. Ibu sangat suka mencium pipiku, aku tidak tahu alasannya

"Hari ini kita akan ke kota loh Raph sayang."

Wah kota! Aku suka sekali jalan-jalan ke kota bersama ibu.

"Ibu! Buku! Beli buku!".

Ibu tertawa manis.

"Baik, baik. Raph kecil suka sekali baca buku ya."

Buku adalah sumber pengetahuan dan aku harus membaca semua buku yang ada di dunia agar aku dapat merealisasikan beban Nemis.

Di duniaku dulu, buku bagi teman-teman diorganisasi ku adalah kitab suci yang harus dijaga sampai mati. Dulu rumah organisasi kami pernah terbakar dan yang kami prioritaskan adalah keselamatan buku-buku yang kami simpan. Kami tidak peduli dengan barang lain asalkan buku bisa selamat.

Bagi pembunuh bayaran seperti kami, buku biologi adalah buku wajib yang harus dihapal setiap halamannya. Berkat buku biologi kami dapat menemukan titik lemah manusia dan cara efektif membunuh manusia dengan cepat tanpa harus membuat mereka tersiksa terlebih dahulu. Selain biologi, buku kimia juga jadi buku wajib bagi kami. Dengan buku kimia kami para pembunuh bayaran dapat membuat senjata kimia serta berkreasi membuat senjata kimia original kami dengan tujuan memudahkan kami dalam misi pembunuhan.

Terdengar mengerikan bukan? Buku pelajaran anak SD sampai SMA bisa digunakan sebagai alat bantu pembunuhan. Benda apapun jika dimanfaatkan sebaik mungkin bisa menciptakan sesuatu yang diluar nalar.

Karena itu di dunia ini aku harus punya buku sihir agar aku dapat membangkitkan sihir secepatnya!

"Sudah siap Raph?".

"Sudah!".

Ibu selalu menggendongku dipunggung nya menggunakan sebuah kain yang diikat. Dngan kain ini aku tidak bisa kemana-mana karena sudah pernah kucoba melepaskan diri tetap saja tidak bisa.

Kembali ke sihir, di dunia ini sihir lah yang memutar dunia. Rumah, baju, bangunan, makanan, dan senjata ada berkat sihir. Karena itu sihir dianggap penting, sehingga siapapun yang tidak memiliki sihir dianggap sampah dan beban bagi benua ini. Aku tidak setuju dengan pendapat itu karena tanpa sihir juga manusia masih dapat bertahan.

Menurut informasi yang Minerva dapatkan, sihir yang ada ditubuh manusia akan bangkit ketika berumur 10-20 tahun. Jika ada manusia yang membangkitkan sihirnya dibawah umur 10 tahun maka dia dipastikan memiliki dua element sihir atau sering disebut penyihir Gemini. Aku tidak tahu berapa banyak penyihir Gemini yang ada didunia ini karena keterbatasan informasi lagi, namun Minerva menegaskan jika penyihir Gemini sangatlah langka bahkan sama langka dengan ras Moon-Elf.

Perjalanan terasa sebentar, aku dan ibu sudah berada di kota. Berbeda dengan desa tempat aku tinggal, kota ini penuh dengan orang yang berasal dari luar kota maupun dari luar benua Midgard.

"Pagi Eli, Raphael juga!".

"Pagi bibi Kon!".

"Pagi Eli!".

"Pagi juga paman Kou."

"Pagi kak Eli, dan juga Raphael!".

"Pagi Erza! Mau berangkat sekolah?".

Semua orang di pasar suka sekali menyapa ibu. Yah mau bagaimana lagi ibu sangat cantik! Jika aku orang dewasa dan terlepas dari hubungan orang tua mungkin aku akan merebut nya dari ayah.

Kota dan desa yang menjadi tempat tinggal ku ini bernama Ellonir yang berada dibagian timur Midgard dekat perbatasan benua Midgard dan Alfheim. Desa ini juga ada beberapa Elf selain ibu. Mereka tinggal disini karena merasa terkekang hidup dibawah pemerintahan raja Elf yang ditaktor.

"Selamat pagi Raph kecil. Mau beli buku lagi?".

"Buku! Buku!".

"Hahaha. Eli, sepertinya anakmu akan menjadi penyihir yang hebat."

"Hentikan itu paman. Aku terkadang kewalahan terhadap Raph yang selalu membaca buku diam-diam. Padahal dia belum bisa membaca tapi sangat tertarik dengan buku."

Maafkan aku ibu, berkat skill Minerva aku dapat membaca buku—tidak, mendengarkan isi buku yang ingin aku baca.

Paman Kuz adalah penjual buku yang sering sekali berjualan padahal jarang ada yang beli. Karena itu dia sangat senang saat aku ingin membeli bukunya.

Paman Kuz juga sering mengatakan ibu kalau aku akan menjadi penyihir hebat dan ibu langsung merespon nya dengan nada marah. Ibu tidak senang aku menjadi penyihir dan ibu berharap sihirku tidak akan bangkit sampai aku berumur 20 tahun.

Ibu ingin aku hidup normal tanpa harus terkekang oleh sihir dan tanggung jawab seorang penyihir. Jika aku tau keinginan ibu seperti ini sebelum aku menerima beban Nemis, maka aku akan mewujudkan keinginan ibu.

Tapi! kebanyakan buku yang ada di toko buku paman Kuz adalah buku bergambar yang menceritakan seorang pahlawan yang membasmi iblis-iblis jahat. Tapi hari ini, aku menemukan sebuah buku yang menarik perhatian ku.

Aku menarik rambut ibu dengan pelan.

"Ibu! Ibu! Itu! Buku itu!".

"Aduh, aduh jangan tarik rambut ibu sayang."

Ibu mengambil buku yang aku tunjuk lalu memperlihatkan nya kepadaku.

"Ini?".

"Hmph!".

Ibu menghela nafas nya. Sepertinya dia tidak dapat melawan keinginan ku membeli buku ini. Dari sampul buku yang aku lihat, buku ini sepertinya bukan buku bergambar namun buku sihir. Hmm bisa juga tidak, aku tidak dapat memastikan buku ini buku sihir atau cuman buku biasa yang berisikan cerita benua manusia. Mau apapun buku yang kudapat tidak masalah asalkan itu menghasilkan informasi baru.

•••

Setelah berbelanja bahan makanan dan sebuah buku, aku dan ibu segera menuju tempat ayah sedang melakukan pertemuan dengan seseorang.

Keluarga Rainsworth di kota dan di desa sangat terkenal karena status mantan komandan ayah. Semua orang di kota juga menobatkan ku sebagai pangeran Ellonir saat aku berulang tahun yang pertama. Bangsawan yang menguasai tanah Ellonir juga mengakui diriku sebagai pangeran kota ini diperiode tahun 701-702.

"Sayang kamu masih bangun?".

"Hmph!".

"Anak pintar. Kita akan mengantarkan bekal untuk ayah lalu pulang."

Ayah yang bekerja sebagai kepala desa sedang menyambut tamu dari kekaisaran Midgard yaitu sang pahlawan dan penyihir kerajaan. Aku sedikit penasaran dengan sosok sang pahlawan dan penyihir kerajaan.

Selama setahun ini aku belum pernah melihat penyihir asli, bahkan melihat sihir saja aku tidak pernah. Aku pernah meminta ayah menggunakan sihir namun dia menolaknya karena kata ayah bayi sepertiku sangat sensitif terhadap sihir.

Aku berharap pertemuan ku dengan seorang penyihir kerajaan membuatku sedikit lebih mengerti tentang sihir. Walaupun sepertinya aku tidak boleh dekat-dekat dengan sesuatu yang berbau sihir oleh ayah dan ibu. Mereka terlalu menyayangi ku sampai jatuh ke fase overprotektif. Ah ini menyebalkan! Aku ingin sekali melihat sihir dan mempelajari nya dari sekarang!

[Lapor. Ada dua entitas luar biasa kuat dan—]

Iya aku tau Minerva! Mereka adalah orang-orang baik jadi jangan anggap mereka ancaman bagiku.

[… Baik]

Entah kenapa dia terdengar kecewa. Ah sudahlah tidak penting! Ayah sedang melambaikan tangannya dari kejauhan sambil meneriaki namaku.

"Raphael! Raphael! Anak kesayangan ayah mengantarkan bekal untukku!!".

Untuk kali ini aku berharap agar mental ku seperti mental anak-anak agar aku tidak malu saat dia meneriaki namaku dari kejauhan. Bukannya aku membencinya namun ini sangat memalukan!

"Apa? Kamu beli buku baru lagi?! Elia! Anak kita akan menjadi—".

"Stop!! Paman Kuz sudah mengatakannya!! Sepertinya aku saja yang ketakutan akan pertumbuhan anak jenius kita ini."

Apakah ini yang namanya insting seorang ibu? Sudah pasti jika ibu ketakutan akan kebiasaan ku yang sangat ingin tahu dan selalu membaca buku. Anak seusiaku seharusnya asik bermain mainan yang dibelikan oleh orangtuanya, sedangkan aku asik membaca buku dan membiarkan mainan yang dibelikan ayah sampai berdebu.

"Jadi ini anak paman Agil?".

Seorang laki-laki berambut merah muncul dari belakang ayah. Dia membawa tombak dan pedang dipunggung nya. Sepertinya dia adalah pahlawan yang dibicarakan ayah.

"Lama tidak berjumpa Rega, kamu semakin kuat ya!," Ucap ibu.

Pahlawan memegang tangan ibu dan menunjukkan wajah mempesona.

"Nona Eli! Seperti biasa anda sangat cantik seperti bulan purnama dilangit malam yang cerah."

Wah apa ini?! Apakah dia menyukai ibu?! Jangan ibu jangan! Jangan tergoda dengan wajah tampannya! Aku tidak ingin memiliki dua ayah karena ayahku yang sekarang membuatku malu setengah mati tadi!!

"Fufufu, lama aku tidak mendengar gombalan mautmu Rega. Jangan sampai kedengaran Shia loh."

Tiba-tiba seorang wanita bertopi penyihir muncul dari belakang ibu dan aku. Kemunculannya sangat tiba-tiba! Aku tidak sadar akan keberadaan nya karena dia seperti—Jangan-jangan dia menggunakan sihir menghilang??!!

"Terlanjur. Aku sudah mendengarnya!!".

"Shia bukannya kau—".

"Avalanche!".

Tumpukan es muncul diatas kepala sang pahlawan dan jatuh mengenainya hingga sang pahlawan membeku.

Setelah melihat sihir menakjubkan itu, tubuhku langsung terasa sangat dingin.

Aku kesulitan bernafas! Seperti ada yang menahan pernafasan ku.

"Bodoh! Shia!! Ada Raphael disini!".

Penyihir bernama Shia ini melihat kearahku. Wajahnya yang sangat marah dalam beberapa detik kemudian berubah menjadi sangat panik karena melihatku kewalahan bernafas.

Akhirnya aku mengerti kenapa ayah bilang bayi seperti ku sangat sensitif kepada sihir. Avalanche sepertinya adalah sihir berelement es dan aku dapat efek negatifnya yaitu hiportemia. Aku Kesulitan bernafas, suhu tubuhku turun sangat drastis, dan sepertinya warna kulit ku berubah menjadi merah terang.

"Raphael?! Sayang, bertahanlah!!".

Ibu mengambilku yang sedang kedinginan dipunggung nya lalu memelukku dengan sangat erat. Dia berusaha agar aku tetap hangat dan suhu tubuhku kembali stabil.

"B-B-Bagaimana ini! Re-Rega ini salah mu ya!!".

Jelas-jelas ini salah mu penyihir cantik. Pokoknya setelah ini aku ingin dia menjadikan ku muridnya.

"Tidak ada waktunya menyalahkan Rega, Shia!! Sekarang bantu Raphael!".

Tenanglah ayah, aku yakin hiportemia ini hanya akan berlangsung sebentar saja. Aku tidak berada diarea gunung es juga dan matahari bersinar terang memanaskan dunia, aku yakin hiportemia ini akan berakhir dalam waktu dekat.

"Apa yang sedang terjadi?!".

Seorang pria berjenggot keluar dari rumah bangsawan yang menguasai tanah Ellonir.

"Tuan Rudolf! Maaf membuat keributan dirumah anda. Sekarang anakku terkena efek sihir es jadi aku mohon kepada anda untuk meminjamkan salah satu ruangan—".

"Jangan banyak bicara! Cepat masuk dan hangatkan dia!".

Oh ya pria berjenggot itu adalah bangsawan penguasa tanah ini. Dia terlihat kejam dan pemarah namun sebenarnya dia sangat baik serta lemah kepada anak-anak.

"Shia gunakan sihir penghangat."

"B-Baik kak Eli."

Aku digendong ibu sambil dihangatkan menggunakan sihir Shia masuk ke rumah bangsawan Rudolf untuk mengistirahatkan ku.

Tapi aku lebih kasian dengan pahlawan yang dipanggil Rega itu. Dia masih membeku dan tidak ada satupun yang mengingat nya.

Haah… sepertinya aku tidak boleh berurusan dengan sihir sampai aku dapat berdiri dan membaca. Efek sihir Avalanche milik Shia saja sudah membuatku terkena hiportemia, apalagi dengan sihir lainnya bisa-bisa aku mati muda lagi kali ini.

Tapi setidaknya aku dapat melihat sihir pertama kali dalam hidup ku walaupun aku harus berakhir menyedihkan seperti ini.

Suhu tubuhku kembali normal dan aku mulai bernafas dengan normal lagi. Di peluk ibu dengan erat dan sihir hangat milik Shia membuatku mengantuk. Lebih baik aku tidur jadi nanti malam aku dapat bergadang membaca buku bersama Minerva.

"Dia tertidur. Warna kulitnya juga semakin membaik."

"Maafkan aku kak Eli, aku tidak tahu bahwa ada Raph kecil dipunggung kakak."

"Sudah tidak apa-apa. Kalau kau ingin meminta maaf maka kabulkan saja permintaan Raphael nanti, bagaimana?".

"Tidak masalah! Aku pasti akan mewujudkan permintaan Raphael kecil saat dia bangun nanti!".