---Dua hari kemudian---
Setelah dua hari melaksanakan kegiatan MOS yang dilakukan di dalam kelas seperti membawa makanan dari "kode makanan" yang disuruh bawa dari rumah, kemudian menerangkan berbagai kegiatan yang ada di sekolah. Lalu bermain game tanya jawab bareng Kak Aliyya, canda-tawa di dalam kelas, serta uji nyali di sekitar gedung sekolah. Setelah, melakukan semua kegiatan MOS selama dua hari, MOS pun berakhir. Akan tetapi, sebelum mengakhiri MOS di dalam kelas. Kak Aliyya memberi pengumuman untuk perpindahan kelas, yang dilakukan oleh kami semua.
"Oke cukup sekian dulu untuk kegiatan hari ini," ucap Kak Aliyya.
"Sebelum kakak akhiri kegiatan MOS-nya. Tadi, kakak mendapatkan kabar bahwa gugus Rubah ini harus dibagi lagi. Cuman beberapa dari gugus Rubah, yang harus menetap di kelas ini. Jadinya, sebagian besar gugus Rubah harus pindah ke kelas lain. Supaya merata gitu, kata ketua MOS." Lanjut Kak Aliyya sambil merapikan barangnya.
Aku bertanya seraya mengangkat tangan. "Jadi sebagian dari gugus lain pindah ke kelas ini untuk ngisi bangku kosong dong Kak?"
"Iya bener, Wan. Jadinya, sebagian dari gugus lain akan mengisi bangku kosong di sini," balas Kak Aliyya.
"Oh iya, kakak bacakan ya. Untuk, siapa aja yang pindah."
"Baik. Kak Aliyya," jawab gugus Rubah.
"Dari nomor absen satu sampai lima, kalian pindah ke kelas VII-2. Untuk absen enam sampai 10, kalian pindah ke kelas VII-3. Untuk absen 11 sampai 15, kalian pindah ke kelas VII-4. Untuk absen 16 sampai 20, kalian pindah ke kelas VII-5. Untuk absen 21 sampai 25, kalian pindah ke kelas VII-6. Dan untuk absen 26 sampai 30, kalian pindah ke kelas VII-7."
"Oke, itu aja yang kakak sebutin. Ada pertanyaan?" ucap Kak Aliyya seraya menanyakan perpindahan kelas.
"Ada, Kak. Kapan kami pindah ke kelas baru ya, Kak?" tanya Septi sambil mengangkat tangan.
"Besok, kalian bisa mulai pindah ke kelas baru."
"Baik, Kak. Terima kasih," ucap Septi.
"Baik, apakah ada pertanyaan lagi? Kalau gak ada, Kakak akhiri untuk kegiatan MOS ini."
"Gak ada, Kak." Balas gugus Rubah.
"Oke deh, kalau gak ada pertanyaan lagi kakak akhiri sampai di sini. Terima kasih atas perhatian dari adik-adik semua. Perhatiin, guru yang sedang mengajar. Dan, udah itu aja. Dadah semuanya!!" ucap Kak Aliyya sambil melambaikan tangan dengan pergi keluar kelas.
"Dadah juga, Kak. Makasih banyak, Kak!!!" balas gugus Rubah.
Setelah, Kak Aliyya memberi pengumuman mengenai perpindahan kelas. Kini, Kak Aliyya meninggalkan kelas. Dan akhirnya kegiatan MOS berakhir.
Di malam sebelum mulai bersekolah. Aku sempetin waktuku untuk berjalan-jalan bersama Ponci dan Kunti. Awalnya sih, Ponci dan Kunti mau mengajakku ke tempat pesta para hantu. Akan tetapi, karena merasa gak enak dengan hantu di pesta. Akhirnya, kami bertiga memutuskan untuk berjalan-jalan aja.
"Chinn, kita mau kemana nich? Masa sich gak punya tujuan apapun?" ngeluh Ponci.
"Iya nih, masa sih ga punya tujuan. Tau gitu, ikut kita aja ke pesta kita," sambung Kunti.
"Yah.. gapapa, daripada harus ikut kalian ke pesta. Ntar, dikira penyusup sama teman kalian, 'Loh ini manusia kenapa ikut ke pesta kita? Padahal ini pesta khusus hantu'. Kan gak enak, sama hantu-hantu di situ."
"Iya sich. Tapi, kalau tujuannya gak tau mau kemana kayak gini... eike juga capek kali, Chinn. Soalnya, aku lompat-lompat gini. Kalau si Kunti sih, enak bisa jalan," balas Ponci sambil ngelirik Kunti.
"Hahaha, siapa suruh jadi pocong. Yang kakinya diikat," ejek Kunti.
"Yak kan, eike ini yang paling bener kalau dijenazahin. Lah, kamu? Gak pake, kain kafan pas dikuburin hahaha," ejek balik Ponci.
"Mau ajak ribut ha, Ponci!?" ucap Kunti dengan kesel.
"Ayo aja. Dimana, ha!?" Nantang Ponci.
"Udah-udah, cukup ah! kalian berdua! Lagian, kenapa sih kalian berdua tuh gak terbang? Kan kalian hantu," ucapku dengan kesel.
"Aku lupa cara terbang, Wan," ucap Ponci dan Kunti dengan lugu.
Saking keselnya dengan kelakuan mereka berdua. Akupun menahan diri dari kekesalan akibat tingkah laku mereka berdua. Pengen deh, nampol bocah berdua ini. Dosa gak ya, nampol dua hantu bodoh ini?
Dengan penuh kelelahan serta pikiran penat akan kebodohan mereka. Akhirnya, aku pun pasrah sama tingkah laku mereka berdua. Dan memberitahu tentang betapa bodohnya tingkah laku mereka.
"Ya udahlah. Emang, dasarnya kalian berdua pada geblek. Udah hantu, tapi masih aja gak bisa terbang."
Melihat keadaanku yang pasrah dengan tingkah laku mereka berdua. Ponci pun bertanya kembali, soal kegiatan malam kami dengan serius.
"Jadi kita cuman keliling aja, Chin?" tanya Ponci.
Karena bingung dengan kegiatan malam ini. Aku pun bertanya balik ke Ponci dan Kunti. "Apa kita mau nongkrong aja?"
"Nongkrong dimana? Di tempat manusia apa di tempat kita nich?" tanya balik lagi Ponci.
"Kalian berdua ada tempat tongkrongan ga? Yang jelasnya buat manusia ya."
"Ada sih satu, tempat langgananku," ucap Kunti.
Mendengar perkataan Kunti, kalau ada tempat tongkrongan buat manusia. Sontak, aku langsung terkejut. Saking penasarannya atas perkataan Kunti, Kemudian aku langsung menanyakannya lagi.
"Dimana itu? Tempatnya buat manusia, kan?"
"Jelaslah buat manusia sama buat hantu juga," ucap Kunti dengan nada meyakinkan.
"Dimana?"
"Ranting poho-"
Sebelum, Kunti menyelesaikan omongannya. Aku langsung memukul Kunti. Karena, sudah gak sabar akan tingkah bodohnya dia.
DHUAK!!!
BUM!!!
BUMM!!!
BUMMM!!!!!
DUARR!!!
"Uaaghhhh!!!!" ucap Kunti kesakitan setelah menerima pukulan dariku.
GUBRAK!!!!
SRETTT!!!
"Aw!!! Kenapa kamu mukul aku sih, Wan?" tanya Kunti seraya memegang pipinya yang bengkak.
"Ah... sorry, gak sengaja."
"GAK SENGAJA!?"
"Dan lagian juga, kenapa pukulanmu ampuh banget sih? Padahal aku ini hantu?"
Aku berucap seraya menunjukkan jimat pemusnah hantu. "Dengan ini."
"Brengsek, pantesan aja berasa banget."
"Sorry, gak sengaja."
"Aduh, sakitnya pipiku ini..." ucap Kunti yang kesakitan seraya berdiri dari jatuhnya.
"Lagian sih, bukannya serius malah bercanda!! Gak ada akhlak!"
"Yah... maap, hehehehe."
Seusai memarahi serta memukul Kunti dengan "Gak sengaja". Akhirnya aku menanyakan tempat tongkrongan ke Ponci.
"BTW, kalau kamu, Pon? Kamu ada rekomendasi?"
"Hem... Paling gak, di kedai Pak Badrun, Chin." Ucap Ponci sembari memikirkan tempat tongkrongan.
"Pak Badrun? Bukannya, itu tempat kerja bapaknya Kunti ya?"
"Iya, Chin. Tempat papanya Kunti."
"Oh iyaa, tadi aku mau bilang itu ke kamu, Wan." Ucap Kunti dengan lugu.
Aku berucap seraya menahan marah. "Kenapa kamu gak bilang dari tadi Kuntimarunti."
"Hehehe, soalnya kalau gak bercanda dulu gak asyik."
"Ya udah deh, kita langsung gas aja ya? Ke tempat Pak Badrun?"
"GASSS!!" ucap Kunti dan Ponci menerima ajakanku.
Setelah berunding untuk nongkrong dimana. Akhirnya, kami memutuskan pergi ke tempat Pak Badrun. Tempat Ayahnya Kunti bekerja.