Tidak ada yang bisa di lakukan Arista selain mengamati Ramazan dan Rangga. Ramazan dengan segala sifatnya yang tenang, mungkin itu salah satu dari pelatihannya menjadi prajurit selama ini membuat emosinya tertata dengan rapi. Rangga dengan sifatnya yang ekspresif dan menggebu-gebu.
"Pelankan suaramu. Rangga!" Ramazan tenang.
Rangga terdiam. Dia sadar bahwa mereka berada di tempat umum, banyak pengunjung di tempat itu yang mulai menatap mereka bertiga dengan rasa ingin tahu.
Setelah hening. Ramazan angkat bicara "Aku tidak tahu masalah apa yang sedang terjadi antara kalian. tapi, yang jelas aku tidak ambil bagian apa-apa dari sini.."
Rangga mendelik. Rasanya ingin sekali menyiramkan secangkir kopi iti di atas kepala Ramazan "Kau merebut Arista dariku" desisnya pelan. Dia menahan segala emosinya yang ingin di tumpahkan kepada Ramazan.
Ramazan memicingkan matanya. Ini sesuai dugaannya, dia tertuduh sebagai pihak ketiga. Ramazan tidak terima di katai seperti itu.