Sambil duduk bersandar di kursi. Ramazan terpekur menatap layar laptop di hadapannya. Dia terlalu sering memandang foto-foto itu selama tiga tahun terakhir sebagai pelepas rindu pada gadis itu.
Dia selalu merasa bersalah atas kejadian tiga tahun lalu, meskipun bukan dia yang bicara tetap saja semua masalah itu berawal darinya. Sekarang dia ingin memperbaikinya tapi gadis itu mengusirnya pergi, memintanya untuk kembali. Apakah dia salah dengan meminta gadis itu kembali padanya.
Tapi, bagi dirinya Arista adalah hidupnya, tidak ada Arista sama saja dengan mati. Ramazan menghela napas berat. Lamunannya buyar ketika bel pintu apartemennya berbunyi.
"Siapa yang membunyikan bel? Apakah itu nona kecil? Tidak dia bilang akan pulang terlambat hari ini, karena harus kerja sampai malam.."