Hari semakin sore, Ramazan akhirnya pamit pulang dia menunggu taksi tapi matanya tertuju pada satu mobil yang berhenti tidak jauh dari rumah Alden dia menghampiri mobil itu dan mengetuk kaca mobilnya. Setelah dua ketukan kaca mobil di turunkan terlihat wajah itu lagi.
Kening Ramazan berkerut dia selalu merasa pernah bertemu dengannya, bertemu sejak lama.
"Kau! Sedang apa kau di sini!"
Pria itu adalah Rey yang memata-matai rumah Alden. Rey tersenyum ramah membuat matanya menyipit dan alis menawan seperti pedangnya membentuk garis lurus yang membuat wajahnya semakin lembut dan enak di pandang.
Ramazan teringat kata-kata Alden kalau Rey mengaku kalau Arista adalah adiknya yang hilang, jika gadis itu adalah adiknya kenapa dia mengirim cincin tunangan! Dasar pria tidak bermoral, begitulah sumpah serapah dari hati Ramazan.