Ruangan itu sudah sepi sejak satu jam yang lalu. Semua lampu sudah dimatikan, kecuali yang terdapat di sudut ruangan dekat jendela. Lampu di sana masih menyala karena masih ada seseorang di sana. Gadis yang menempati meja di dekat jendela itu sebenarnya tidak benar-benar membutuhkan penerangan karena dia tidak sedang belajar.
Ara duduk bersandar di kursi dengan kedua tangan di lipat di depan dada. Keningnya berkerut dan matanya menyipit menatap lekat-lekat pada buku agenda yang tergeletak di atas meja belajarnya. Dia memutar kursi menghadap jendela besar dan memandang ke bawah, memperhatikan taman bunga yang baru dia bangun pagi ini bersama si Mbok. Langit sudah gelap. Dia melirik jam di dinding kamar dan mendesah, jam sepuluh malam lewat. Dengan sentakan dia memutar kembali kursinya menghadap meja belajar.
