Sore hari Arka kembali pulang kerumah. Setelah lelah mengikuti atau lebih tepatnya memaksa Ara untuk tetap bersamanya, meskipun gadis itu menggerutu dan melotot bebas padanya. Tapi dia tidak menyerah. Menurutnya kemarahan Ara hanya sebuah nyanyian di telinganya.
Arka melempar kunci mobilnya ke atas meja belajarnya dengan suara nyaring, tanpa menunda waktu dia langsung menuju ruangan yang berada di balik lukisan gunung yang hampir memenuhi dinding. Sebelah tangan kirinya membawa sekantong makanan, saat dia masuk ke ruangan itu. Sekilas dia melihat Rian yang masih terikat di kursi tapi sudah berpindah tempat ke dekat ruangan kaca. Entah bagaimana dia bisa berpindah ke sana dengan posisi yang masih terikat itu pastilah sangat sulit.
Setiap kali dia berada dalam ruangan gelap itu maka dia akan kembali menjadi Azka yang biasa, bukan lagi memakai topeng sebagai Arka.
"Kau kasihan padanya?" tanya Azka sambil meletakkan bungkus makanan di atas meja.
