"Bacakan dongeng! Dongeng kancil.."
Arista mengangguk penuh semangat "Baik.." ujar Arista dengan nada lembut. Dia mengatur lampu kamar sedikit redup. Dia duduk di samping tempat tidur Evan di depannya sebuah buku dongeng khusus anak-anak terbentang "Mari kita lihat di mana dongeng kancilnya.." kata Arista sambil membalik-balikkan halaman pada buku dongeng di tangannya. Mata bulat Evan mengerjap beberapa kali, Arista sesekali melirik anaknya itu, saat bocah gendut itu berkelakuan baik sangat imut, apa lagi ketika dia marah dan merajuk lebih menggemaskan.
"Mama.. kenapa lama sekali..! Evan bosan menunggu."
Arista hampir tersedak ludahnya sendiri mendengar keluhan anaknya yang sangat pengertian. "Baik… baik.. ini mama sedang mencarinya… mama lupa halaman berapa.." kata Arista semakin cepat membalik-balikkan halaman buku bahkan membuatnya hampir robek.
"Mama lambat! Tidak seperti Aunt Ais.." Evan mulai merajuk dengan membanding-bandingkan antara ibunya dengan Aunti Aisyahnya.