Lisa mengintip jendela ruang klub Mading. Satu-satunya klub yang belum membubarkan diri malam itu adalah klub Mading. Masing-masing anggota sibuk dengan kegiatannya. Ada memotong genus menjadi pola-pola tertentu.
Rangga sendiri sedang sibuk membuat pola ke atas gabus. Tangannya memegang pensil. Kacamatanya bahkan sampai melorot. Peluh bertetesan di dahinya. Dia serius menggarap pekerjaannya itu tetapi masih ada tatap ceria di matanya.
"Ngga, ini di taruh di mana?" Tanya salah seorang teman.
Rangga menjawab tanpa mengacuhkan pekerjaannya "Di tengah, dekat puisi Chairil."
Tertegun menatap keseriusan di wajah Rangga. Lisa mengurungkan niatnya untuk masuk ke ruang Mading. Mereka ngebut untuk hari H dan semua klub memang sedang puncak-puncaknya sibuk.