Arista ragu sejenak, menatap Ramazan yang mencoba berdiri dengan agak terhuyung. Akhirnya dia mengambil keputusan dan menghampiri Ramazan yang berjalan terseok-seok ke kamar sambil berpegangan pada dinding "Biar ku bantu.." katanya sambil memegang lengan Ramazan. Arista menunduk tidak berani menatap langsung ke wajah Ramazan ketika laki-laki itu berhenti.
Ramazan berhenti melangkah dan menatap Arista, lalu matanya beralih ke tangan Arista yang memegang lengannya. Arista terlihat kebingungan di matanya yang agak merah. Arista menatap mata Ramazan lurus-lurus dan berkata tegas "Kau bisa jatuh kalau tidak di bantu."
Ramazan mengerjap lalu mengangguk lemah "Ya, ku rasa kau benar.." katanya sambil menelan ludah, tenggorokannya terasa semakin kering. Bicara saja terasa menyakitkan.