Tokyo tiga tahun kemudian.
Musim dingin sudah tiba dan menyelimuti kota Tokyo. Angin bertiup lumayan kencang. Arista mengibaskan rambut panjangnya ke belakang.
"Hei!!"
Arista melompat kaget dan berputar cepat. Matanya terbelalak menatap kakaknya yang berdiri dengan senyum lebar di bibirnya, di sampingnya ada koper besar.
"Akhirnya, aku melihatmu lagi, setelah empat hari berpisah.."
Kata-kata itu menerjang gendang telinga Arista yang sebelumnya terkejut karena ulah kakaknya.
"Kakak! Kau mengejutkan ku! Bagaimana kalau aku memiliki riwayat penyakit jantung!"
Rey mendecakkan lidahnya dan tersenyum lebar. "Kenapa kau tidak waspada seperti sebelumnya! Dan apa kau tidak mendengar roda koperku yang sangat berisik ini! Apa yang membuatmu berpikir begitu fokus?"
Arista menghela napas "Kakak!.."
"Baiklah... Baiklah.. ayo kita kembali ke apartemen, di sini sangat dingin.." kata Rey sambil merangkul lengan Arista, dan tangan satunya lagi menyeret kopernya.