Arista dan Alden duduk di teras sepan rumah, menikmati siang yang sedikit mendung, sisa hujan semalam masih ada, tanah yang basah, selokan yang biasanya kering kini tergenang air. Langit juga masih mendung, seakan belum puas menumpahkan isinya.
Dua orang itu benar-benar hidup dengan nyaman dan santai.
"Arista! Kenapa kau mencintai Ramazan?"
Arista yang memejamkan mata menikmati kesunyian dan angin yang berhembus lembut, membuka matanya "Pertanyaan macam apa itu?"
"Aku hanya penasaran, kenapa percaya padanya, bukankah sebelumnya kau pernah di sakiti?"