Ramazan berbaring di tempat tidurnya, jam sudah menunjukkan pukul empat pagi. Pertama dia melihat Rey keluar dari kamar Arista, kedua dia melihat Arista memasuki kamar rey sambil membawa sesuatu. Meskipun dia tahu hubungan mereka berdua tapi tetap saja perasaan cemburunya menggantung di hatinya.
Dia sudah berusaha memejamkan mata sejak tadi, tapi tidak berhasil, nanti sore mereka akan pergi, dan kali ini dia tidak di ikut sertakan alasannya keadaannya yang tidak memungkinkan.
Ramazan menghembuskan napas berat. Entah kenapa dia juga merasa gelisah. Dia benar-benar tidak bisa memejamkan matanya, dan memilih bangun dari tempat tidur membuka jendela kaca lebar-lebar dan membiarkan angin dingin berembus masuk ke kamar. Ramazan menatap ke luar jendela, langit masih gelap, lampu-lampu pada rumah orang di sekeliling juga masih menyala, beberapa orang juga sudah bangun dan melakukan aktivitas masing-masing.