"...Kalau begitu ayo kita pergi makan. Aku yang traktir" ajak Ramazan. Lagi-lagi tanpa berpikir, seakan-akan dia sudah lupa kalau dia akan selamat jika tetap berada di rumah.
Arista menatap Ramazan tanpa berkata apa-apa, sesaat dia merasa Ramazan sedikit berbeda dan dia menyukainya. Tetapi bayangan di rumah sakit terbersit dalam benaknya, Zalu yang mencium kekasihnya. Dada Arista kembali terasa nyeri.
"Aku rasa kita sebaiknya makan di rumah saja! Apa kau suka mi instan?" Tanya Arista. Berusaha bersikap baik-baik saja, karena itu juga salahnya, jika dia tidak mengantarkan Ramazan ke pintunya, Zalu tidak akan memiliki kesempatan untuk melakukan itu.
"Baiklah.."
Arista tersenyum dan bersiap turun dari ranjang dan berjalan keluar kamar "Masakanku sangat enak dan tidak gratis! Kau harus membayarnya untuk satu porsi mi buatanku!"
