Setelah mengobati luka dan mencuci piring kotor di rumah Ramazan. Arista pamit pulang dengan menggunakan taksi yang di teleponnya. Dia merasa bersalah karena meninggalkan Ramazan yang sedang sakit dan di sisi lain ada Rey yang mengajaknya untuk jalan-jalan, dia juga ingin menolak tapi teringat lagi saat cowok itu melindunginya dari tumpahan kuah bakso panas Arista tidak punya pilihan selain menerima ajakan tersebut dan meninggalkan Ramazan seorang diri.
Kali ini Arista menunggunya di kafe Alden dia tidak ingin mendapat siraman kuah bakso atau kuah soto, selagi dia menunggu.
Arista bertopang dagu sambil menatap layar ponselnya membaca pesan Ramazan yang memintanya untuk berhati-hati. Pesan itu sudah di baca puluhan kali sejak terkirim padanya. Karena membelakangi pintu Arista tidak bisa melihat siapa yang datang tapi dia bisa hafal jika itu adalah Rey, karena wangi parfum cowok itu selalu membuatnya melihat bayang-bayangan buram melintas di ingatannya.